Bisnis.com, BOGOR - Presiden Joko Widodo meminta pertanyaan soal pembelian helikopter kepresidenan langsung ditujukan pada Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Agus Supriatna. Sebabnya, helikopter itu akan jarang ia gunakan.
"Semua itu kan yang membeli di sana [TNI AU], saya paling menggunakan sebulan atau dua bulan sekali. Itu kan penggunaannya di TNI Angkatan Udara," kata Jokowi dalam sebuah acara di Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat, Sabtu (28/11/2015).
TNI Angkatan Udara pada Senin kemarin mengumumkan rencana pembelian helikopter AW-101 sebagai pengganti Super Puma yang telah berumur 25 tahun. Satu unit AW-101 akan tiba di Tanah Air pada 2016, menyusul dua unit lainnya pada 2017.
Sejumlah kalangan sebelumnya mengkritik pengadaan helikopter tersebut. Sebabnya, bukan saja tak melibatkan industri dalam negeri, tapi harga helikopter ini dinilai lebih mahal dibanding buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI).
Helikopter AW-101 dibuat oleh AgustaWestland, produsen helikopter Inggris yang bermarkas di Italia. Sedangkan PTDI berpengalaman memproduksi helikopter sejenis, seperti EC 725 Cougar yang merupakan generasi terbaru Super Puma versi militer.
Bahkan, sebelumnya, TNI Angkatan Udara juga memesan enam unit produk tersebut yang dibuat atas kerja sama PTDI dan Airbus Helicopters. Selama ini, sejumlah pejabat negara, termasuk Presiden RI, mengunakan Helikopter Super Puma.
Skuadron itu dioperasikan oleh Skuadron 17 VIP TNI AU yang bermarkas di Pangkalan Udara Utama Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, sebelum kemudian dirawat dan dioperasikan oleh Skuadron 45 VIP yang juga bermarkas di Halim.