Kabar24.com, MANADO--Bank Indonesia memperkirakan kinerja ekspor dan impor Provinsi Sulawesi Utara menjadi faktor penahan laju utama dari pertumbuhan ekonomi kuartal IV/2015.
Pasalnya, berdasarkan kajian regional Bank Indonesia Sulut kuartal III/2015, kinerja eskpor internasional diprediksi tumbuh moderat seiring dengan perkembangan harga komoditas dunia terutama CPO dan CNO.
Tak hanya itu, laporan tersebut juga menulis peningkatan kebutuhan masyarakat di akhir tahun berpeluang mengerek naik posisi net impor antar daerah. Pasalnya, Sulut masih memiliki ketergantungan yang besar terhadap pasokan dari daerah lain.
“Secara umum, potensi pertumbuhan ekonomi di Sulawesi masih cukup terkendali karena yang masih bermasalah adalah komoditas dan pertambangan sedangkan komoditas unggulan Sulut berupa kelapa dan ikan,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulut Peter Jacobs kepada Bisnis, Kamis (26/11).
Per Oktober 2015, Badan Pusat Statistik mencatat ekspor (nonmigas) dan impor kompak terkontraksi masing-masing 24,43% dan 7,04% menjadi US$66,8 juta dan US$4,98 juta. Sementara itu, sekitar 46,25% ekspor masih bergantung terhadap komoditas lemak dan minyak hewan/nabati.
Tren yang sama juga terlihat pada kinerja ekspor dan impor sepanjang Januari-Oktober 2015 yang juga turun masing-masing 14,14% dan 52,17%. Terkontraksinya impor Sulut yang mayoritas merupakan barang modal menggambarkan masih lemahnya kegiatan investasi nonbangunan khususnya bagi perusahaan industri berorientasi ekspor.
Alhasil, Bank Indonesia memprediksi perekonomian Sulut di kisaran 6,29% - 6,69% (yoy) pada kuartal IV/2015. Peningkatan tersebut lebih banyak ditopang oleh sektor perdagangan akibat tiga momen yakni Pilkada, Natal, dan tahun baru.
Tak hanya itu, masih tingginya pertumbuhan sektor konstruksi serta peningkatan terbatas pada kinerja sektor pertanian dan sektor industri pengolahan dinilai BI menjadi beberapa pendorong lainnya terhadap ekonomi Sulut pada tiga bulan terakhir di tahun ini.
“Berita bagusnya kondisi Sulawesi tidak sedramatis Kalimantan dan Sumatera yang pertumbuhan ekonominya bahkan hanya tumbuh 3% hingga negatif akibat komoditas yang melemah,” ucap Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara.
Pada tahun depan, pertumbuhan ekonomi Sulut diperkirakan mampu tumbuh dengan rentang 6,38%-6,78% (yoy). Kenaikan tersebut ditopang oleh sektor konstruksi yang berasal dari lanjutan proyek strategis pemerintah dan proyek pembangunan oleh swasta.
“Sulut selalu mencatatkan kinerja pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata nasional. Saya yakin itu akan kembali terjadi seiring dengan membaiknya sejumlah sektor termasuk pertanian dan perkebunan,” katanya.
Kontraksi Ekspor-Impor Hambat Laju Ekonomi Sulut
Bank Indonesia memperkirakan kinerja ekspor dan impor Provinsi Sulawesi Utara menjadi faktor penahan laju utama dari pertumbuhan ekonomi kuartal IV/2015.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Amanda Kusumawardhani
Editor : Rustam Agus
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
9 jam yang lalu
Di Balik Aksi Lo Kheng Hong Borong Puluhan Juta Saham PGAS
13 jam yang lalu
Tekanan Berganda Harga Batu Bara dari China
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
2 jam yang lalu