Bisnis.com, BEIJING - Dewan Pertimbangan Presiden (Wantipres) mengunjungi sejumlah industri pertahanan China, guna menjadi alternatif bagi pengadaan alat utama sistem senjata (Alutsista) Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri).
Anggota Wantipres Subagyo Hadi Siswoyo, Selasa (20/10/2015), mengatakan kemajuan China dari sisi ekonomi dan militer sangat mengagumkan sehingga sebagai alternatif pengadaan alutisista menjadi sangat penting dan strategis.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) tersebut menuturkan China memiliki teknologi persenjataan yang beragam mulai dari teknologi madya hingga teknologi tinggi.
"Ini tentu menjadi pilihan aternatif yang menarik, karena kita dapat memilih alutsista mana yang sesuai, cocok dengan kebutuhan kita, tentu didasarkan pula pada pertimbangan lain seperti harga dan sebagainya," ujar Subagyo.
Terlebih lagi, tambah dia, China mau memberikan alih teknologi terhadap alutsista yang dibeli. "Alih teknologi sangat penting, sehingga kita, Indonesia, satu saat dapat mengembangkan sistem persenjataan yang kita beli tersebut, menjadi produk kita sendiri," ujarnya.
Subagyo menambahkan Indonesia seharusnya belajar dari China dalam mengembangkan dan mengelola industri pertahanan. "Kita kan punya industri strategis namun perkembangannya serta pengelolaannya belum maksimal, belum seperti yang diharapkan," katanya.
China, lanjut Subagyo mampu mengembangkan industri strategisnya secara mandiri dan kini mampu mendukung kebutuhan alutsista bagi pertahanan negaranya bahkan telah diekspor ke beberapa negara.
Tentang fokus alutsista yang akan diadakan dari China, dia mengatakan pemerintah akan melihat alutsista yang mendukung pengamanan wilayah perairan dan perbatasan, serta yang memiliki bermulti fungsi sebagai alat peralatan untuk penanganan bencana alam, atau operasi kemanusiaan lainnya.
"Untuk pengamanan wilayah perbatasan, kita memiliki sepuluh perbatasan laut dengan negara lain. Tiga wilayah perbatasan darat yang masih dalam tahap pembicaraan. Kita perlu mengamankan wilayah perbatasan antara lain dengan menggunakan pesawat intai tanpa awak," katanya.
Selama di China, Subagyo dan rombongan akan meninjau National National Aero Technology, China Shipbuilding and Offshore International, China Aerospace Long March International dan China North Industries, dengan ragam persenjataan seperti "aircraft weapon system", pesawat intai tanpa awak, dan peluru kendali.
Indonesia dan China telah menjalin kerja sama pertahanan sejak dibangunnya Forum Konsultasi Bilateral Bidang Pertahanan pada 2007, sebagai bagian dari Deklarasi Kemitraan Strategis yang disepakati kedua negara pada 25 April 2005. Kedua negara kemudian sepakat untuk menjadi mitra strategis komprehensif pada Oktober 2013.
Terkait industri pertahanan, Indonesia dan China telah menandatangani nota kesepahaman antara Kementerian Pertahanan RI dengan The State Administration of Science, Technology and Industry for National Defence of The People's Republic of China (SASTIND) pada 22 Maret 2011.
Nota kesepahaman kerja sama industri pertahanan antara Indonesia dan China mencakup pengadaan peralatan militer di bidang-bidang tertentu yang disepakati berdasarkan mekanisme G to G.
Selain itu disepakati pula alih teknologi peralatan militer tertentu, antara lain mencakup perakitan, pengujian, pemeliharaan, modifikasi, up-grade dan pelatihan.
Wantimpres Jajaki Industri Pertahanan China untuk Alternatif Alutsista
Dewan Pertimbangan Presiden (Wantipres) mengunjungi sejumlah industri pertahanan Tiongkok, guna menjadi alternatif bagi pengadaan alat utama sistem senjata (Alutsista) Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium