Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HELIKOPTER JATUH DI DANAU TOBA: Kabut Tebal Diduga Jadi Penyebab

Kabut tebal yang ada di sekitar Danau Toba diduga menjadi penyebab jatuhnya helikopter milik PT Penerbangan Angkasa Semesta pada Minggu (11/10).
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Kabar24.com, MEDAN - Kabut tebal yang ada di sekitar Danau Toba diduga menjadi penyebab jatuhnya helikopter milik PT Penerbangan Angkasa Semesta pada Minggu (11/10).

Salah satu penumpang yang selamat Fransiskus Subihardayan di RS Bhayangkara Polda Sumut mengatakan kabut itu sangat tebal dan berwarna gelap. "Kami tidak bisa menyebutkan itu asap atau kabut, tetapi tiba-tiba tebal, warnanya abu-abu, gelap," katanya di Medan, Sabtu (17/10/2015).

Setelah mendapati kabut yang tebal dan gelap itu, seluruh penumpang tidak mampu melihat keluar sehingga memutuskan untuk berbelok kiri. Namun tanpa diketahui penyebabnya, helikopter milik PT Penerbangan Angkasa Semesta dengan jenis EC-130 itu terjatuh di perairan Danau Toba.

Awalnya, seluruh penumpang helikopter tersebut sempat panik ketika mengetahui alat transportasi udara yang dinaiki terjatuh. Namun, beberapa saat kemudian, seluruh penumpang berhasil mengendalikan kepanikan dan membuka pintu helikoter bagian kanan untuk keluar.

Kelima penumpang yakni Teguh Mulyatno (pilot), Hari Poewantono (engineer), Nurharyanto, Sugiyanto, dan Fransiskus Subihardayan (kru) hanya membawa jok kursi helikopter untuk berenang di air agar tidak tenggelam.

Kelima penumpang helikopter tersebut tidak bisa meminta pertolongan karena kabut yang dihadapi sangat tebal dan tidak bisa ditembus pandangan mata. Sekitar 3 jam berenang di perairan Danau Toba, lima penumpang helikopter tersebut masih bersama.

Namun menjelang sore, muncul hujan sehingga menimbulkan gelombang tinggi yang mengakibatkan lima penumpang helikopter itu terpisah.

Untuk menyelamatkan diri, Fransiskus menggunakan jok helikopter dan enceng gondok agar tetap mengapung di perairan Danau Toba. "Ada yang dimasukkan ke baju, kaos dalam, celana, yang penting posisi kepala tetap diatas," katanya.

Setelah 2 hari mengapung di Danau Toba, ia juga belum mampu melihat darata, termasuk Pulau Samosir yang terlihat samar-samar. "Ada sempat menduga nelayan, setelah didekati, rupanya encek gondok," kata Fransiskus.

Namun ia bersukur pada hari kedua tersebut ditemukan warga di sela-sela encek gondok dan diserahkan kepada tim SAR gabungan untuk mendapatkan pertolongan.

Warga Provinsi Yogyakarta itu mengungkapkan keyakinan jika empat penumpang helikopter lainnya masih hidup.

Sebelumnya, helikopter milik PT Penerbangan Angkasa Semesta yang terbang dari Samosir, pada Minggu pukul 11.33 WIB menuju Bandara Kualanamu hilang kontak.

Helikopter yang terbang dari Siparmahan atau pantai barat Danau Toba melintasi Pematangsiantar menuju Bandara Kualanamu itu berisi lima orang yakni Teguh Mulyatno (pilot), Hari Poewantono (engineer), Nurharyanto, Sugiyanto, dan Fransiskus Subihardayan (kru).

Pada Selasa (13/10), Fransiskus Subihardayan ditemukan warga dalam keadaan selamat di sela-sela enceng gondok di pinggiran Danau Toba, tepatnya di Desa Onan Runggu, Kecamatan Onan Runggu, Kabupaten Samosir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper