Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

PAHLAWAN REVOLUSI: Setengah Abad Setelah Jenderal Yani Berpulang

Bagi sebagian warga Indonesia, penghujung September merupakan saat-saat yang menyisakan secuil keresahan. Masih terpatri dengan jelas bagaimana setiap tahunnya tragedi memilukan Gerakan 30 September (G30S) diceritakan ulang, dan tak lekang untuk dikenang.
Wike Dita Herlinda
Wike Dita Herlinda - Bisnis.com 29 September 2015  |  18:30 WIB
PERAWATAN PATUNG. Seorang pekerja melakukan pengecatan patung Jenderal Ahmad Yani di taman Ahmad Yani Medan, Sumatera Utara, Selasa (28/9). Pengecatan patung Jenderal Ahmad Yani setinggi 11 meter tersebut merupakan bagian dari perawatan rutin tiap tahunnya yang dilakukan Pemko Medan. - Antara
PERAWATAN PATUNG. Seorang pekerja melakukan pengecatan patung Jenderal Ahmad Yani di taman Ahmad Yani Medan, Sumatera Utara, Selasa (28/9). Pengecatan patung Jenderal Ahmad Yani setinggi 11 meter tersebut merupakan bagian dari perawatan rutin tiap tahunnya yang dilakukan Pemko Medan. - Antara

Bagi sebagian warga Indonesia, penghujung September merupakan saat-saat yang menyisakan secuil keresahan. Masih terpatri dengan jelas bagaimana setiap tahunnya tragedi memilukan Gerakan 30 September (G30S) diceritakan ulang, dan tak lekang untuk dikenang.

Namun, bagi putra-putri Achmad Yani, September merupakan bulan untuk merenungi patriotisme ayahanda mereka. Lima puluh tahun setelah ditinggal pada usia belia, memori akan keberanian Sang Pahlawan Revolusi itu lah yang membuat mereka kuat bertahan.

Jenderal TNI Anumerta A. Yani sebagaimana terekam dalam sejarah bangsa ini adalah salah satu dari tujuh anggota Dewan Jenderal yang menjadi target operasi pasukan Tjakra Bhirawa dalam gerakan G30S.

Usianya baru 43 tahun saat pengabdiannya terhadap negara ini terhenti oleh tembakan senjata Thomson di rumahnya sendiri.

Rumah satu lantai di Jalan Lembang Terusan, Menteng, yang dikenal dengan nama Sasmitaloka itu. Tak ayal, dia meninggalkan seorang istri dan delapan anak.

Setengah abad setelah Pak Yani pergi, Sasmitaloka masih tetap kokoh bertahan dengan patung Sang Jenderal berdiri gagah di halaman depan. Rumah bersejarah itu masih sangat otentik. Hampir seluruh bagian dan isinya sama persis ketika masih dihuni oleh mendiang.


Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

pahlawan revolusi
Editor : Hendri Tri Widi Asworo

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top