Kabar24.com, NEW YORK--Ekonom memprediksi kontraksi perekonomian China dalam jangka menengah akan membawa risiko resesi global.
Kepala Manajemen Investasi Pasar Berkembang Morgan Stanley Ruchir Sharma mengatakan perlambatan di Negeri Panda yang berlangsung dalam beberapa tahun ke depan akan menjatuhkan pertumbuhan global ke bawah level 2% yang berujung pada resesi.
Bahkan jika Amerika Serikat tak berkontraksi, perekonomian dunia tetap berisiko kian lemah.Resesi global berikutnya akan dipicu oleh China.
Dalam beberapa tahun ke depan, China masih menjadi sumber kerentanan perekonomian global, kata Sharma seperti dilansir dari Bloomberg, Selasa (14/7/2015).
Pasalnya, kendati pertumbuhan China memang melembam pengaruh perekonomian Negeri Tembok Raksasa justru makin besar seiring dengan posisinya sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS.
Data Morgan Stanley menunjukkan tahun lalu pertumbuhan China berkontribusi hingga 38% terhadap pertumbuhan global, naik 23% dibandingkan porsinya pada 2010.
China tercatat sebagai rekan dagang terbesar hampir untuk seluruh negara terutama di sektor komoditas. Brasil, Afrik Selatan, dan Indonesia bergantung cukup besar terhadap China sebagai tujuan ekspor utama.
Negara itu adalah importir terbesar tembaga, alumunium, dan kapas.Lebih lanjut Sharma mengatakan China akan tertekan seiring dengan upaya untuk mengurangi utang-utannya yang menggunung.
Dia menambahkan, kontraksi tambahan sekitar 2 persentase poin lagi di China sudah cukup menghadirkan resesi global.Dalam 50 tahun terakhir, resesi global selalu dibarengi dengan tekanan yang melingkupi perekonomian AS.
Kali ini, tanpa kontraksi AS pun, perekonomian global tetap berisiko mengalami resesi karena lemahnya China.
Adapun, resesi terakhir yang menghantam perekonomian internasional adalah krisis finansial global pada 2008-2009 yang didahului kolapsnya pasar finansial AS.
Sementara itu, tahun ini laju perekonomian global nyatanya lebih buruk dibandingkan dengan estimasi semula.
Pertumbuhan kuartal I/2015 yang lebih lambat membuat Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan global tahun ini menjadi 3,3% dari 3,5% pada April.
Sejumlah hal yang menjadi fokus IMF adalah perkembangan di negara besar seperti perlambatan yang masih membayangi Negeri Paman Sam dan kontraksi perekonomian China hingga ke level 6,8% atau terendah sejak 1990.
Lembaga multilateral itu memandang transisi model pertumbuhan China menimbulkan risiko tersendiri untuk perbaikan ekonomi global.