Kabar24.com, JAKARTA - Sudah tiga bulan lamanya Akseyna Ahad Dori alias Ace (18), mahasiswa jurusan Biologi Fakultas MIPA UI telah meninggalkan dunia.
Selama itu pula hingga kini, penyidik kepolisian masih berjibaku mencari pelaku pembunuh Akseyna, termasuk hal yang rumit tentunya, mengumpulkan bukti-bukti yang memadai untuk menjerat pelaku pembunuhan.
Jasad Akseyna ditemukan mengambang di Danau Kenanga Universitas Indonesia pada 26 Maret 2015.
BACA: Memburu Pembunuh Akseyna
Salah satu yang membuat orang tua Akseyna masih belum puas dengan penyidikan polisi adalah belum terungkapnya alasan mahasiswa menginap di kamar indekos Akseyna.
"Istri saya bertanya kenapa mereka ada di situ," kata Kolonel (Sus) Mardoto, ayah Akseyna.
Mardoto menuturkan komunikasi Akseyna dan ibunya terakhir terjadi pada Sabtu, 21 Maret. Lantaran tak kunjung menerima kabar hingga sepekan, ibu Akseyna menghubungi ponselnya pada Ahad, 29 Maret.
Menurut Mardoto, sambungan telepon itu dijawab oleh seorang mahasiswa laki-laki yang tanpa menyebut nama dan mengaku sebagai teman Akseyna. Ibu Akseyna kaget lantaran bukan anaknya yang menjawab telepon tersebut.
Saat menelepon, Mardoto mengatakan keluarga belum mengetahui identitas mayat yang mengambang di danau. Kedatangannya ke Jakarta keesokan harinya bertujuan mengecek kondisi anaknya lantaran komunikasi yang terputus.
Setibanya di Jakarta, Mardoto mengatakan seorang teman Akseyna menyerahkan surat wasiat. Ia enggan menyebut identitas mahasiswa itu, tapi Mardoto memastikan penerima telepon dan pemberi surat merupakan orang sama. "Bukan saya yang membuka identitasnya," katanya.
Mardoto mengaku heran lantaran mahasiwa itu tak mengungkapkan adanya surat wasiat saat menerima telepon ibu Akseyna. "Maka membaca berita pun saya tak berpikir itu anak saya," ujar Mardoto.
Identitas itu kemudian diketahui dari keterangan penjaga kos, Maryamah, saat diperiksa polisi. Menurut Maryamah, teman-teman Akseyna yang berkunjung saat itu berjumlah enam orang. Salah satunya, Achmad Jibril Jamaluddin.
Ayah Jibril, Nanang Jamaluddin, mengatakan anaknya berteman baik dengan Akseyna sejak perkuliahan dimulai. Keduanya bertemu hampir setiap hari.
Kedekatan itu pula yang membuat Jibril berpikir surat wasiat itu ditujukan untuknya dan bukan untuk keluarga. "Itu sebabnya anak saya berpikir bahwa surat itu untuk dia," ujar Nanang.