Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dugaan Korupsi Pengadaan Solar PLN: Dahlan Iskan Bingung

Terkait dugaan adanya korupsi dalam pengadaan BBM High Speed Diesel oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) 2010, Yusril menyebutkan bahwa Dahlan Iskan mengaku bingung.n
Mantan Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero Dahlan Iskan keluar usai menjalani pemeriksaan sebagai saksi di Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta./Antara
Mantan Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero Dahlan Iskan keluar usai menjalani pemeriksaan sebagai saksi di Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta./Antara

Kabar24.com, JAKARTA -- Yusril Ihza Mahendra, kuasa hukum Dahlan Iskan menyatakan kliennya diperiksa sebagai saksi dugaan korupsi pengadaan BBM High Speed Diesel oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) 2010.

Terkait dugaan adanya korupsi dalam pengadaan BBM High Speed Diesel oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) 2010, Yusril menyebutkan bahwa Dahlan Iskan mengaku bingung.

"Belum diketahui ada tersangka, belum, sudah penyidikan tapi belum ada tersangkanya," kata Yusril di Bareskrim Polri, Jakarta, Senin (22/6/2015).

Yusril menuturkan pada 2010 PLN membutuhkan 9 juta ton BBM untuk membangkitkan listrik yang menggunakan diesel di berbagai tempat di tanah air. Sebelum Dahlan menjabat Dirut PLN pun pengadaan BBM dibeli langsung PLN ke Pertamina tanpa tender.

"Tapi setelah dibanding-banding harganya itu lebih tinggi daripada harga pasar," katanya.

Dahlan, ucap Yusril, berulangkali menulis surat ke Pertamina meminta penurunan harga namun tidak pernah dijawab atau ditanggapi. "Pertamina memang mempunyai keunggulan supply BBM ke PLN karena memiliki jeti/pelabuhan penyuplai BBM ke PLN di berbagai tempat," katanya.

"Sedangkan PLN tidak memiliki jeti sendiri, hanya ada beberapa di Semarang, Jakarta, dan Medan," lanjut Yusril.

Kemudian pada 2010, Pertamina mencoba terobosan baru dengan tidak membeli langsung ke Pertamina melainkan ditender.

"Kita bikin tender tapi tidak semua ditender, dari 9 juta ton yang dibutuhkan tiap tahun. 7 ton tetap dibeli langsung dari Pertamina melalui jeti-jeti Pertamina sendiri," katanya.

Nah, 2 juta ton sisanya, kata Yusril, tidak menggunakan jeti Pertamina, tapi ditender kepada perusahaan produsen BBM dalam negeri maupun asing.

Namun dalam dokumen tender dinyatakan bila asing memenangkan tender dengan harga termurah maka tidak serta merta menang, tetapi ditawarkan ke produsen dalam negeri.

"Apa sanggup mensuplai dengan harga tersebut seperti harga yang dimenangkan oleh produsen asing," katanya.

Yusril melanjutkan, ketika dilakukan tender yang dibagi dalam lima lokasi dengan jumlah 2 juta ton, satu tender dimenangkan Pertamina dan empat dimenangkan Shell dengan harga paling rendah.

"Sesuai dokumen tender, Shell tidak otomatis menang karena perusahaan asing, maka empat tender ditawarkan ke Pertamina dan TPPI," katanya.

Yusril mengatakan TPPI sendiri sahamnya sudah 70 persen dibeli pemerintah. TPPI akhirnya mendapat dua tender, Pertamina dua tender dari Shell, jadi total dapat tiga.

"Dari segi keanehan, kita beli minyak dari Pertamina dengan dua harga, harga konvensional [lebih mahal] dan harga murah melalui jalur tender," katanya.

Yusri mengungkapkan menurut kliennya upaya terobosan tersebut agar PLN mendapat BBM lebih murah, tapi disidik ada dugaan korupsi.

"DI juga bingung di mana unsur korupsi di kasus ini," kata Yusril.

Menurut Yusril semestinya PLN diuntungkan dengan pengadaan BBM itu. Adapun Pertamina, pihaknya tidak mengetahui apakah mendapat keuntungan atau tidak menjual BBM dengan dua harga berbeda.

"Ini sudah berlangsung sejak lama, sejak awal Orba di mana membeli minyak dari Pertamina dalam jumlah besar," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dika Irawan
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper