Kabar24.com, JAKARTA - Terungkapnya surat Akseyna Ahad Dori diharapkan pihak keluarga almarhum menjadi pintu masuk terkuaknya misteri kematian mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam jurusan Biologi Universitas Indonesia itu, yang ditemukan tewas di Danau Kenanga, UI pada 28 Maret 2015.
Sus Mardoto, ayah Akseyna mengatakan pemunculan surat itu merupakan upaya sistematis dan bagian yang tak terpisahkan dari tindakan-tindakan lainnya yang dilakukan oleh orang-orang yang mengenal atau dikenal Akseyna secara dekat yang mengakibatkan kematian Akseyna.
“Dari surat yang dikatakan sebagai tulisan Ace - nama panggilan Akseyna - mohon kiranya pihak kepolisian dapat mencermati dengan sangat mendalam dan justru menggunakan itu sebagai pintu titik terang pengungkapan kematian anak saya, dikombinasikan dengan fakta-fakta kondisi fisik jenazah yang banyak lebam, hasil otopsi/visum, pernyataan saksi-saksi yang bertentangan/tidak konsisten, dan lain-lain,” kata Mardoto dalam situsnya yang berjudul Pernyataan Resmi Keluarga Akseyna Ahad Dori Mengenai Apa yang Selama Ini Disebut sebagai “Surat” Akseyna Ahad Dori (ACE) bin Mardoto.
Keluarga juga berharap kepolisian dapat mencermati dengan sangat mendalam dan menggunakan “surat” itu sebagai pintu titik terang pengungkapan kematian anak Akseyna.
Mardoto pun berharap kepolisian dapat memberikan penjelasan/klarifikasi kebenaran tentang penemuan “surat” Ace yang diberitakan oleh banyak media diketemukan oleh pihak polisi di kamar kos Ace sewaktu polisi melakukan penyelidikan.
Pasalnya, seperti diungkapkan Mardoto dalam blognya, surat yang disebut-sebut sebagai surat yang ditulis oleh anaknya diserahkan kepadanya oleh seorang mahasiswa. Kemudian, surat itu diserahkan Mardoto kepada penyidik kepolisian.
Dia menjelaskan urutan penemuan surat itu: pada Senin, 30 Maret 2015 sekitar pukul 12.00 WIB Mardoto mendatangi Rumah Sakit Polri Kramatjati untuk melihat jenazah yang diketemukan di Waduk Kenanga Universitas Indonesia. Namun, saat itu Mardoto masih ragu-ragu untuk memastikan karena sulit untuk memastikan hanya dengan melihat kondisi fisik jenazah yang banyak lebam dan raut wajah berubah jauh dari wajah anak yang selama ini dikenalinya.
Mardoto kemudian menuju Kepolisian Sektor Beji, Depok untuk melihat perlengkapan dan pakaian yang digunakan saat jenazah diketemukan. Namun, tidak diizinkan oleh salah satu anggota Polsek Beji yang ditemui dengan alasan berdasarkan foto yang dibawa Mardoto dan ditunjukkan kepada petugas tersebut dianggap tidak mirip dengan foto jenazah yang diketemukan yang dipunyai anggota Polsek Beji tersebut.
Lalu, Mardoto melanjutkan, sekitar pukul 16.00 WIB dia menuju gedung Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Indonesia untuk mencari informasi tentang Akseyna dan ditemui oleh dua pengajar jurusan Biologi.
Di ruang pertemuan tersebut ternyata sudah ada juga dua orang mahasiswa yang mengenalkan diri sebagai teman Akseyna.
“Setelah berbincang-bincang beberapa saat, salah satu dari mereka menyerahkan surat yang katanya ditulis oleh Akseyna kepada saya. Penyerahan surat itu disaksikan oleh dua pengajar jurusan Biologi tersebut. Padahal pada saat itu, saya belum mengkonfirmasi atau memastikan bahwa jenazah yang berada di RS Polri Kramatjati adalah Akseyna, sehingga dapat dipastikan polisi belum bergerak ke tempat kost Akseyna,” ujar Mardoto.
Teman Akseyna, Mardoto melanjutkan, menyebutkan bahwa ia mendapatkan surat itu dari kamar Akseyna ketika ia masuk dan bahkan menginap di kamar anaknya itu pada malam sebelumnya, yakni pada Minggu malam, 29 Maret 2015.
Dari gedung Jurusan Biologi, kemudian Mardoto ke Gedung Biru (Kantor Keamanan UI) dan setelah itu sekitar pukul 17.00 WIB, Mardoto kembali menuju ke Polsek Beji. Setelah diizinkan melihat perlengkapan/pakaian yang dikenakan jenazah saat diketemukan, barulah Mardoto mengkonfirmasi hasil identifikasinya bahwa jenazah tersebut adalah jenazah anaknya.
Setelah itu, dilakukan penyusunan berita acara pemeriksaan dan saat itulah Mardoto menyerahkan “surat” yang diterimanya dari seorang mahasiswa tadi kepada pihak penyidik/polisi.
“Jadi penemuan “surat” yang selama ini beredar di media massa sebagai temuan polisi saat melakukan penyelidikan di kamar kost Ace adalah tidak benar karena “surat” tersebut nyata-nyata bukan diketemukan oleh polisi, melainkan diserahkan langsung oleh seorang mahasiswa yang mengaku sebagai teman Akseyna kepada saya, kemudian saya menyerahkannya kepada penyidik/polisi,” kata Mardoto.
Keluarga Akseyna, paparnya, juga berharap kepolisian bisa memberikan penjelasan atau klarifikasi kebenaran dan penelusuran asal-usul serta motif lebih mendalam tentang tersebarnya foto “surat” Ace dalam bentuk tertempel paku di dinding.
KEMATIAN MAHASISWA UI: Polisi Didesak Ungkap Pembunuh Akseyna Dari Jejak Surat
Terungkapnya surat Akseyna Ahad Dori diharapkan pihak keluarga almarhum menjadi pintu masuk terkuaknya misteri kematian mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam jurusan Biologi Universitas Indonesia itu, yang ditemukan tewas di Danau Kenanga, UI pada 28 Maret 2015.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
12 menit yang lalu
Profil 3 Calon Wali Kota Cilegon dan Wakilnya, Petahana Lawan 2 Paslon
33 menit yang lalu