Kabar24.com, JAKARTA - Di mata keluarga dan kerabat, almarhum Duta Besar Indonesia untuk Pakistan Burhan Muhammad dikenang sebagai sosok yang nyaris sempurna.
"Beliau pekerja keras yang tetap peduli keluarga meskipun sangat-sangat sibuk dengan tugasnya," ujar kakak ipar Burhan, Heri Ernawati di rumah duka di Ngampilan, Yogyakarta, Selasa pagi (19/5).
Erna menuturkan Burhan kerap berdiskusi panjang dengan anak tertuanya setiap kali pulang untuk menengok keluarganya di Yogyakarta tatkala ada waktu libur.
"Setelah diskusi lama, biasanya beliau jalan-jalan ke warung yang jual makanan lokal langganan, seperti Soto Kadipiro dan Gudeg Wijilan," ujarnya.
Sedangkan kerabat istri Burhan, Utami Purnamasasi menuturkan diplomat tersebut memiliki jiwa universal.
"Dia orang toleran, ingin menunjukkan kepada dunia, meskipun Indonesia negara dengan umat Islam terbesar, bisa rukun dengan umat lain lewat budaya," ujarnya.
Menurut Utami, Burhan menunjukkan sikap universalnya lewat media seni tradisi. Utami menceritakan, pada November-Desember 2014, Burhan mengundang kelompok seni tradisi karawitan-tari di Yogyakarta yang anggotanya terdiri atas berbagai latar belakang suku dan agama untuk terlibat dalam kampanye pariwisata Indonesia.
Utami mengatakan kelompok seni tersebut menampilkan tari Paes Ageng dan mendapat apresiasi dari Pakistan. Utami adalah penari utama di kelompok tersebut.
Dalam atraksi seni itu, Burhan menjadi direktur program sekaligus pemain musik pengiring langsung. Tidak hanya menonton atau memerintah, Burhan bermain gitar dan organ yang menjadi keahliannya.
Burhan tiga tahun terakhir ini bertugas di Pakistan setelah sempat berdinas di Badan Intelijen Negara. Burhan tinggal bersama anak bungsunya, Yogya Sulistyo Burhan. Sedangkan istrinya, Hery Listyawati (almarhum) kadang datang menengok.
Burhan akan dimakamkan di samping makam istrinya di kompleks pemakaman keluarga Mondoliko di Kelurahan Warung Boto, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Selasa sore, 19 Mei 2015, sekitar pukul 16.00 WIB.