Bisnis.com, WASHINGTON - Persis seperti manusia, kelelawar juga menggunakan sisi kanan dan kiri otak mereka untuk memproses bermacam aspek suara, kata satu studi AS.
Selain manusia, tak ada makhluk lain --bahkan juga kera atau monyet-- yang telah ditemukan menggunakan ciri khas otak semacam itu untuk memproses suara. Itu berarti otak kiri lebih baik dalam memproses suara cepat, dan otak kanan menangani pemrosesan suara yang lambat.
"Temuan ini memutar-balikkan pendapat bahwa hanya manusia yang menggunakan sisi otak mereka yang berbeda untuk membedakan aspek berbeda suara," kata penulis senior Stuart Washington dari Georgetown University di dalam satu pernyataan, sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu (29/4/2015) siang.
Washington menyatakan temuan mengenai pemrosesan suara yang asimtris pada otak manusia dan kelelawar memberi pengertian evolusioner.
"Waktu yang lebih lambat pada bagian kanan bisa memungkinkan kita mengidentifikasi siapa yang berbicara, untuk mengukur kondisi emosi melalui nada suara dan menggoda saat mendengar musik. Itu dianggap penting karena meminta banyak kelompok orang mengkoordinasikan kegiatan mereka dan akhirnya dapat mengarah kepada pembentukan kebudayaan," kata Washington.
Oleh karenanya, masuk akal untuk memahami mengapa manusia perlu mengevolusi asimetris ini pada kondisi mereka.
Untuk kekelawar yang berkumis, kebutuhan tersebut bahkan lebih mendesak, katanya.
"Kelelawar perlu menggunakan pemrosesan waktu cepat di bagian kiri untuk membedakan suara komunikasi mereka masing-masing, sebab suara komunikasi mereka meiliki perubahan frekuensi yang cepat. Jika tidak, mereka tak bisa berkomunikasi dengan kelelawar lain, dan kelelawar bahkan lebih bersosial dibandingkan dengan manusia," kata Washington.
"Kelelawar juga perlu menggunakan pemrosesan waktu lambat di bagian kanan otaknya untuk menggunakan suara --yang mengandalkan pendeteksian perubahan frekuensi yang kecil-- untuk melacak kecepatan serangga yang bergerak cepat yang mereka kejar dan makan," katanya.
Sampling asimetik pada kelelawar itu tergantung pada jenis kelamin. Kelelawar jantan terbukti memiliki asimetris lebih besar ketimbang yang betina, yang juga sama dengan manusia.
"Perempuan menggunakan kedua bagian otak, kanan dan kiri, untuk bahasa, tapi lelaki lebih banyak menggunakan bagian kiri otak," kata Washington.
Dengan mempelajari otak kelelawar, para peneliti itu mengatakan mereka mungkin memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai gangguan bahasa tertentu manusia seperti kehilangan kemampuan berbicara.