Bisnis.com, JAKARTA - Anggota Komisi I DPR Ahmad Zainuddin meminta pemerintah segera melakukan langkah-langkah penyelamatan 23 WNI yang ditangkap petugas keamanan dari pemberontak Syiah Al-Houthi.
"Saya dengar dari KBRI di Yaman ada 23 WNI yang ditangkap pemberontak Al-Houthi. Pemerintah harus pastikan lagi kebenaran kabar ini dan pastikan keselamatan mereka, serta WNI yang masih tertahan di sana harus segera dikeluarkan," katanya di Jakarta, Senin (30/3/2015).
Dia mengatakan situasi di Yaman saat ini sangat tidak stabil dan tidak aman serta kenyamanan sosial dan politik di sana telah hilang menyusul serangan militer Arab Saudi dan negara-negara Arab Teluk lainnya hingga hari ini.
Menurut dia masih ada sekitar 2.000 WNI di Yaman saat ini dan mereka ada yang bekerja sebagai tenaga kerja dan juga sebagai pelajar. "Jangan sampai ada korban dari WNI dan kedutaan Indonesia di sana saya yakin sudah melakukan proses evakuasi serta jangan menunggu WNI melapor," ujarnya.
Zainuddin berharap petugas di KBRI Yaman proaktif mendata dan menjemput para WNI untuk ke KBRI seterusnya dipulangkan. Hal itu, menurut dia, harus dilakuka karena keluarga WNI yang berada Indonesia banyak yang bertanya-tanya mengenai keselamatan anggota keluarganya.
Selain itu, menurut dia, serangan negara-negara Arab di bawah kordinasi Arab Saudi terhadap Yaman bisa berdampak luas, tidak hanya dalam skala kawasan di Timur Tengah.
"Saya menilai juga harus diantisipasi dampak konfliknya ke Indonesia. Negara Arab menyerang kelompok Al-Houti karena menumbangkan penguasa Sunni yang sah sementara isu ISIS belum juga reda," ujarnya.
Dia menjelaskan bercermin dari kasus WNI yang pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS memerangi Syiah yang menguasai Suriah dan Irak, pemerintah perlu mewaspadai WNI di Yaman agar juga tidak terlibat konflik.
Zainuddin memprediksi perang yang baru mulai di Yaman ini bisa berlangsung lama.
"Evakuasi segera WNI di Yaman sangat mendesak, agar jangan sampai ada WNI yang terjebak terlibat konflik karena serangan Arab ke Yaman sangat kuat nuansa ideologis," katanya.
Serangan Arab Saudi terjadi hanya dua hari setelah Menteri Luar Negeri Yaman Riad Yassin memohon negara-negara Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) untuk melakukan intervensi militer terhadap pemberontak Houthi, Kamis (26/3/2015).
Konflik di Yaman terjadi setelah kubu pemberontak Houthi yang Syiah melengserkan Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi.
Hadi kemudian berupaya mempertahankan kekuasaannya dengan mengungsi dari ibukota Sanaa dan mendirikan pusat pemerintahan di kota Aden.[]