Bisnis.com, TENGGARONG — Jalur pelayaran Sungai Mahakam yang melintas di Kota Tenggarong, Kabupaten Kutai Kertanegara, akan ditutup selama 2 bulan guna proses perakitan bentang utama pembangunan Jembatan Kutai Kartanegara yang dilakukan pada akhir Maret 2015.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Jembatan Kutai Kartanegara Budi Harsono mengatakan pihaknya telah menyurati instansi terkait untuk koordinasi penutupan alur pelayaran yang melintasi jalur tersebut. Jembatan Kutai Kartanegara merupakan jembatan yang dibangun Pemkab Kutai Kartanegara menggantikan jembatan yang runtuh pada 2011.
“Rencana saya meminta waktu 2 bulan untuk penutupan sungai setiap hari mulai pukul 07.00 pagi hingga pukul 07.00 malam. Kemudian, jalur sungai dibuka setiap hari dari pukul 07.00 malam hingga pukul 07.00 pagi,” ujarnya, Rabu (18/3/2015).
Budi mengatakan perakitan bentang utama jembatan yang dikerjakan PT Hutama Karya sangat rumit dan harus dikerjakan secara teliti karena setiap segmen jembatan memiliki panjang 9 meter. Budi mengklaim segmen ini yang terpanjang di Asia Tenggara dibanding jembatan umumnya yang hanya 5 meter.
“Saat ini, memasuki masa kritis perakitan jembatan Kukar di segmen 16 sampai 20 dari total 30 segmen jembatan yang dibangun. Ditargetkan selama satu minggu ada 2 segmen yang bisa diselesaikan perakitan bentang utama di segmen 20 ke 30. Progres pembangunan jembatan ini masih plus dan bisa selesai Juni 2015,” katanya.
Perakitan jembatan di atas sungai lebih sulit dibanding membangun pancang tiang jembatan. Ini disebabkan pekerjaan jembatan di atas sungai berpengaruh dengan goncangan ponton yang jadi sandaran crane akibat gelombang air sungai. Pekerjaan jembatan juga tak bisa dilakukan ketika hujan dan dihentikan pada malam hari untuk keselamatan kerja.
Sampai akhir Februari 2015, progres pembangunan jembatan yang menghubungkan Samarinda dan Tenggarong ini sudah mencapai 84,88% dari target semula 82%. Sebelum jembatan dibuka untuk umum, akan dilakukan tes beban hidup untuk uji fleksibel lantai bawah jembatan.
KEREK HARGA
Akibat penutupan jalur ini, harga barang yang jalur pendistribusiannya melalui lokasi pembangunan Jembatan Kutai Kartanegara diperkirakan melonjak antara 3% - 5%. Wakil Ketua Umum Bidang Investasi Kadin Kaltim Alexander Sumarno mengatakan penutupan jalur tersebut dapat memperlambat distribusi barang hingga setengah hari dari waktu tempuh normal.
“Akan ada keterlambatan distribusi barang mungkin hingga setengah hari. Misalnya, biasanya dari Melak ke Samarinda butuh waktu dua hari, ya jadinya dua setengah hari,” tuturnya kepada Bisnis.
Menurutnya, akibat keterlambatan itulah biaya logistik pada jalur tersebut akan naik dari harga normal. Dia mengatakan biaya logistik dalam wilayah Kaltim yang biasanya memakan 15% dari keseluruhan biaya operasional, dapat naik hingga 20%.
“Jadi, mungkin naiknya hanya 3%-5% saja, dan seharusnya tidak masif efeknya. Kami sebagai pengusaha juga akan berusaha adaptif dengan situasi,” lanjutnya.
Menurutnya, hambatan yang terjadi tidak akan memberikan akibat yang masif. Sebab, pihak berwenang pasti akan mengumumkan kepada para pengusaha dan masyarakat umum. Sehingga jam pendistribusian barang dapat disesuaikan.
Apalagi, para pengusaha di wilayah tersebut juga pernah mengalami situasi serupa, yakni pada saat Jembatan Kutai Kartanegara yang runtuh pada 26 November 2011 ini pertama kali dibangun.
Lebih lanjut, Alexander menjelaskan hambatan akibat penutupan jalur ini akan sangat dirasakan kapal-kapal besar yang hanya dapat melewati jalur perairan Sungai Mahakam tersebut.
“Kalau kapal-kapal kecil mungkin masih bisa lewat jalur lain, kalau kapal-kapal pengangkutan sawit, batu bara, dan alat-alat besar itu jelas tidak bisa lewat jalur lain,” tukasnya.