Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

20 Kecamatan di Jabar Tidak Memiliki SLTA

Badan Pusat Statistik Jawa Barat dalam pendataan potensi desa 2014 mencatat masih ada 20 kecamatan di Jabar atau sekitar 0,34% tidak memiliki sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat.
Sekitar 20 kecamatan di Jawa Barat atau sekitar 0,34% tidak memiliki sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat./JIBI
Sekitar 20 kecamatan di Jawa Barat atau sekitar 0,34% tidak memiliki sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat./JIBI

Bisnis.com, BANDUNG -- Badan Pusat Statistik Jawa Barat dalam pendataan potensi desa 2014 mencatat masih ada 20 kecamatan di Jabar atau sekitar 0,34% tidak memiliki sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat.

Kabid Statistik Sosial BPS Jabar Dyah Anugrah Kuswardani mengatakan, persentase ketidaktersediaan SLTA terbesar pada daerah Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Kuningan, yang berkisar 5,88-28,13%.

"Setelah itu dengan persentase ketiadaan SLTA 0-5,88% ada pada beberapa kabupaten seperti Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Ciamis," ujarnya Senin (16/2/2015).

Selain SLTA, BPS juga mencatat ketiadaan infrastruktur sekolah dasar/MI dan sederajatnya di 13 desa/kelurahan se-Jabar atau sekitar 0,22%.

Sedangkan SLTP/MTs dan yang sederajat tercatat hampir tersedia di seluruh desa/kelurahan di Jawa Barat. Dari 626 (100%) kecamatan dalam Podes 2014, semua kecamatan telah memiliki SLTP/MTs.

Data tersebut diperoleh dari pendataan Podes 2014 yakni April 2014 di 5.962 wilayah administrasi setingkat desa di Jawa Barat. Pendataan Podes sendiri dilakukan tiga kali dalam 10 tahun.

Di lain pihak, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Jawa Barat menilai minimnya pendidikan di kawasan ini berimbas pada kurangnya inovasi terhadap sektor pertanian.

Ketua HKTI Jabar Jawa Barat, Entang Sastraatmadja menjelaskan banyaknya fenomena tersebut menyebabkan regenerasi petani tidak berkembang.

“Petani yang tua kini justru melarang anaknya untuk bekerja di sektor pertanian, khususnya bekerja sebagai petani. Mereka justru ingin anaknya sukses menjadi pegawai negeri atau pengusaha,” ujar Entang.

Dia melanjutkan faktor lain yang mempengaruhi regenerasi petani yakni banyak lulusan SMA yang kurang tertarik bertani.

"Mereka mayoritas lebih baik bekerja di pabrik daripada harus jadi petani. Padahal jadi petani itu tidak melulu di sawah, tetapi bisa bertindak sebagai ahli," ujarnya.(k4/k29)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper