Kabar24.com, JAKARTA--Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengaku Tentara Nasional Indonesia (TNI) telah mencapai perfoma terbaik di bidang keahlian, pengamanan, serta menjaga netralitas.
"Semua negara mengapresiasi penyelenggaraan pengamanan APEC di Bali. China belajar ke Indonesia. Pengamanan pemilu juga berjalan aman dan kita buktikan netralitas TNI," katanya saat rapat kerja dengan Komisi I di DPR, Kamis (29/1).
Untuk keahlian, pola penemuan black box AirAsia QZ8501 telah menjadi standar internasional. "Belum ada negara lain yang mampu menandingi kecepatan tentara Indonesia."
Sebelumnya dalam konsep pertahanan negara, komisi I DPR menganggap Indonesia membutuhkan matra tentara keempat, Tentara Nasional Cyber, menyusul kian banyaknya serangan dalam era perang masa kini.
Tantowi Yahya, Wakil Ketua Komisi I DPR, mengatakan kebutuhan matra baru, dalam satuan tentara cyber memang sebuah keniscayaan.
Kebutuhan itu karena era perang di dunia maya yang dilakukan, seperti penyadapan dan pembajakan dokumen.
"Saat ini Indonesia memang sangat butuh itu. Untuk saat ini, pengamanan kita sudah sangat jauh tertinggal. AS punya dengan nama National Security Agency [NSA]," katanya.
Meski demikian, paparnya, pembentukan matra baru itu memang tidak mudah.
"Harus ada sinergi antarkementerian. Karena ini menyangkut sistem teknologi dan informasi. Jadi perlu mengikutsertakan Kemenkominfo.
Selain itu, biayanya juga sangat mahal. Mahal sekali," katanya.
Saat ini, menurutnya, pembentukan tentara cyber itu sudah sesuai dengan rencana strategis Kementerian Pertahanan.
"Dalam paparannya, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu juga menegaskah hal serupa. Bela negara dengan menghimpun kekuatan cyber mulai dari pasukan, intelijen, hingga infrastrukturnya."