Kabar24.com, TOKYO – Setelah diskusi panjang mengenai dampak perlemahan harga minyak dunia terhadap perekonomian, Bank of Japan (BoJ) akhirnya memutuskan untuk menurunkan proyeksi inflasi tahun fiskal ini menjadi 1% dari sebelumnya 1,7%.
Dengan demikian, indeks harga konsumen Jepang dipastikan kembali berada di level rendah untuk tahun keenambelasnya meski dalam 2 tahun terakhir BoJ mengucurkan stimulus besar-besaran. Untuk mendorong konsumsi, bank sentral menyatakan akan memperluas basis moneter skema pemberian pinjaman untuk warga.
Ekonom SMBC Nikko Securities Inc Koya Miyamae menuturkan kebijakan BoJ dilatarbelakangi oleh keyakinan bank sentral bahwa pertumbuhan akan segera terakselerasi dan inflasi berada di tingkat sesuai kalam mereka dapat mencegah dampak negatif dari penurunan harga minyak dunia.
“Hingga menjelang akhir tahun fiskal 2015 bank sentral akan sulit untuk berkukuh mencapai target inflasi 2%. Kelak bank sentral akan terdesak untuk kembali mengucurkan stimulus,” kata Miyamae di Tokyo, Rabu (21/1/2015).
Dalam penyataannya bank sentral menyampaikan akan memperluas basis moneter tahunan yang sejak September 2014 ditetapkan sebesar 80 triliun yen atau setara US$674 miliar.
Selain itu, BoJ akan memperpanjang fasilitas pinjaman berkapasitas tidak terbatas dan mengalokasikan tambahan total 19 triliun yen untuk fasilitas kredit bank. Fasilitas ini sebenarnya merupakan program gubernur BoJ terdahulu, Masaaki Shirakawa yang masanya berakhir Maret mendatang.