Kabar24.com, BEIJING – Pemerintah China menyatakan kesiapannya membantu Rusia jika memang diperlukan untuk mengatasi masalah ekonomi negara tersebut.
Menteri Luar Negeri China Wang Yi menyatakan negaranya siap membantu Rusia, tetapi tetap percaya negara itu mampu mengatasi masalah ekonominya sendiri.
Rubel, satuan mata uang Rusia, Belarus dan Transnistria telah menurun sekitar 45% terhadap dolar AS pada tahun ini, setelah terjadi penurunan yang sangat curam awal pekan lalu.
Meskipun begitu, Presiden Rusia Vladimir Putin menolak untuk menyebutnya krisis dan mengatakan mata uang mereka akhirnya akan bangkit kembali.
Menlu China Wang Yi mengatakan Rusia juga memiliki kebijaksanaan untuk keluar dari kesulitan tersebut.
"Jika Rusia membutuhkan [bantuan] kami akan memberikan bantuan yang diperlukan sesuai dengan kemampuan kami," katanya.
Pekan lalu, Menteri perdagangan China Shi Guangsheng mengusulkan untuk lebih banyak menggunakan mata uang Tiongkok, Yuan, dalam perdagangan dengan Rusia guna menghadapi melemahnya Rubel demi memastikan perdagangan yang aman dan dapat diandalkan.
China dan Rusia memiliki hubungan diplomatik dan ekonomi yang erat, terutama di sektor energi.
Namun, China tidak turut campur tangan dalam krisis Rusia atas masalah Ukraina, mencoba untuk tidak memihak justru mengusulkan pembicaraan demi menyelesaikan masalah tersebut.
Nilai Ekspor China ke Rusia naik 10,5% dan impor naik 2,9% dalam tiga kuartal pertama tahun ini dari periode yang sama pada 2013, dengan total perdagangan senilai US$70,78 juta.
Regulator valuta asing China mengatakan pekan lalu bahwa mereka memonitor penurunan nilai tukar Rubel tetapi tidak melihat dampak yang signifikan terhadap arus modal lintas-perbatasan.