Bisnis.com, TOKYO-- Indeks harga konsumen Jepang kian turun tahun ini, terdampak oleh penurunan harga minyak dunia di saat belanja konsumen negara itu belum kunjung pulih. Situasi ini membebani Perdana Menteri Shinzo Abe karena dalam waktu dekat, ia akan kembali mengikuti pemilu 14 Desember nanti.
Tanpa memperhitungkan dampak kenaikan pajak penjualan, Bank of Japan (BoJ) mencatat inflasi naik 0,9% (year-on-year) pada Oktber, setara dengan 2,9% jika memperhitungkan dampak PPn. Data yang sama menunjukkan penjualan retail jatuh 1,4% dari September.
Indeks harga konsumen yang terus turun memang terdampak oleh penurunan harga minyak duni ayang secara langsung berdampak pada penurunan harga-harga komoditas, kata Menteri Ekonomi Jepang, Akira Amari di Tokyo, merespons data inflasi.
Senada, ekonom Mizuho Research Institute Hidenobu Tokuda menuturkan para pengambil kebijakan Negeri Matahari Terbit harus mewaspadai penurunan harga minyak dunia. Apalagi, pertemuan OPEC menyimpulkan negara-negara penghasil minyak akan tetap memproduksi 30 juta barel perhari, mendorong harga minyak dunia kembali turun.
Kendati beberapa data menunjukkan pemulihan ekonomi masih berlanjut, inflasi akan terus melemah, jelas Tokuda. Beberapa ekonom memang memprediksi inflasi bisa menyentuh 0,8% jika harga minyak dunia terus turun.
Seperti diketahui, sejak Juni lalu harga minyak dunia terus mengalami penurunan mencapai level terendah dalam 4,5 tahun, terdampak oleh kenaikan output minyak Amerika Serikat ke level tertinggi dalam tiga dekade terakhir.
Hingga saat ini, lanjut Tokuda, analis masih skeptis dengan kemampuan BoJ untuk segera mencapai target inflasi 2% per April 2015. Namun, beberapa faktor diharap dapat mengakselerasi target tersebut, yaitu penguatan pasar tenaga kerja dan peningkatan output yang perlahan terlihat.
Data pemerintah menunjukkan tingkat pengangguran Jepang jatuh 3,5% pada Oktober dari tingkat bulan sebelumnya 3,6%. Penguatan pasar tenaga kerja diharap dapat mendorong daya beli sehingga ikut menggenjot inflasi. Adapun, di saat yang sama output industri naik 0,2%.