Bisnis.com, MEDAN - Devisa Sumatra Utara dari teh hitam terus meningkat hingga mencapai US$4,806 juta di tengah masih meruginya perusahaan penghasil komoditas itu yakni PT Perkebunan Nusantara IV dari produk tersebut.
"Meski belum mencapai angka 1990an, devisa Sumut dari teh cenderung meningkat," kata Kepala Seksi Ekspor Hasil Pertanian dan Pertambangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumut Fitra Kurnia di Medan, Sabtu (15/11/2014).
Kalau hingga Oktober tahun lalu, devisa Sumut dari teh hitam masih 4,107 juta dolar AS, tahun ini berdasarkan surat keterangan asal (SKA), sudah sebesar US$4,806 juta.
Selain pengaruh harga jual yang naik, menguatnya devisa karena juga dipicu bertambahnya volume ekspor dari 2 157 juta kilogram tahun lalu menjadi 3,169 juta kilogram.
Ekspor Teh Sumut ke Malaysia, Thailand, Pakistan dan Bruneir Darussalam.
"Mudah-mudah PTPN IV terus bisa meningkatkan produksi dan berharap harga jual terus membaik karena sejak dulu, Teh menjadi salah satu komoditas unggulan ekspor Sumut,"katanya.
Direktur Keuangan PTPN IV, Setia Dharma Sebayang, mengaku meski harga jual tren membaik, tetapi BUMN itu masih merugi dari bisnis Teh tersebut.
Kerugian, kata dia, dari harga jual di bawah produksi di tengah hasil tanaman yang juga belum kembali normal setelah ada peremajaan.
Dia menyebutkan, harga ekspor Teh masih Rp13.000 - Rp14.000 per kg atau di bawah harga produksi yang di kisaran Rp17.000 - Rp18.000 per kg.
Harga ekspor yang murah itu akibat dampak krisis global yang menyebabkan permintaan melemah.
"Meski merugi, PTPN IV tetap mempertahankan tanaman Teh,"katanya.
Kerugian perusahaan dari Teh, kata dia, terbantu dari tanaman Sawit .
"Dengan sawit, pencapaian keuntungan kotor sudah lumayan bagus atau Rp800 miliar dari Rp1 triliun yang diyakini bisa tercapai hingga akhir tahun,".katanya.