Bisnis.com, SAO PAULO - Kendati sempat tak diunggulkan karena dinilai gagal mengangkat pertumbuhan ekonomi Brasil, Dilma Rousseff ternyata mampu mengalahkan kandidat pro bisnis Aecio Neves dan kembali terpilih sebagai presiden Negeri Samba periode 2014-2018.
Rousseff dinilai berhasil menetapkan topik utama kampanyenya yaitu orientasi perubahan dan keberhasilannya dalam menekan laju pertambahan pengangguran ke level terendah 4,9% meski inflasi tinggi, pelayanan publik buruk, dan korupsi menggerogoti birokrasi negara itu.
Analis Brazil Institute untuk Woodrow Wilson International Centre for Scholars, Paulo Sotero menyampaikan Rousseff janyan sampai kembali mengecewakan warga Brasil yang berharap padanya.
“Masyarakat menginginkan aksi nyata dan kebijakan efektif untuk persoalan-persoalan krusial seperti pajak, birokrasi, intervensi pemerintah, dan sumbatan pada sejumlah regulasi. Ini isu-isunya,” ungkap Sotero, Senin (27/10/2014).
Pada pemilu putaran kedua tersebut, Rousseff mampu mengumpulkan 51,6% suara, berbeda tipis dengan perolehan suara Neves 48,4%. Perolehan suara ini juga merupakan perolehan dengan rentang paling kecil sejak Brasil mengimplementasikan demokrasi 1985 lalu.
“Saya diminta kembali untuk mengisi kursi presiden dengan harapan membawa perubahan, sesuai dengan tuntutan masyarakat Brasil,” gaung Rousseff pascaterpilih kembali, Minggu (26/10/2014).
Sekitar 80 juta atau 40% dari masyarakat Brasil yang menjadi indikator keberhasilan Rousseff dalam menekan angka kemiskinan diprediksi berkontribusi besar pada perolehan dukungan incumbent tersebut.
Seperti diketahui, pendapatan besar Brasil dari komoditas dalam satu dekade terakhir membantu Rousseff untuk meningkatkan alokasi negara untuk program-program kesejahteraan yang berhasil mengangkat puluhan juta masyarakat Brasil yang sebelumnya hidup di bawah garis kemiskinan.
Dalam sambutannya setelah ditetapkan sebagai pemenang, Rousseff berjanji untuk menstimulasi kembali pertumbuhan ekonomi, memerangi korupsi, dan menekan tingginya inflasi.