Bisnis.com, NEW DELHI - Menyusul kebijakannya untuk membatasi intervensi negara terhadap penetapan harga gas dan diesel, Perdana Menteri India Narendra Modi masih harus menyelesaikan beberapa persoalan seperti memastikan warga miskin mampu membeli kebutuhan bahan bakarnya.
Kebijakan Modi tersebut disambut baik oleh berbagai kalangan termasuk yang selama ini terus-menerus mendorongnya untuk memangkas alokasi subsidi bahan bakar yang telah lama membebani anggaran negara.
"Kebijakan tersebut merupakan langkah awal yang baik untuk menggenjot output negara. Namun pada akhirnya, pemerintah memang harus mengenakan harga pada siapapun yang mengonsumsinya," ungkap ekonom IHS Global Insight, Rajiv Biswas di Singapura, Selasa (21/10/2014).
Akhir pekan lalu, Modi memutuskan untuk menaikkan tarif gas sebesar 30%, dan menyerahkan harga diesel sepenuhnya sesuai dengan ketetapan pasar. Kebijakan ini dinilai merupakan gebrakan terbesarnya sejak menjabat sebagai PM Mei lalu.
"Tarif gas baru yang akan diimplementasikan per 1 November nanti yaitu US$5,61 per mBTU, naik dari ketatapan tarif sebelumnya yaitu US$4,2. Harga baru ini akan dievaluasi setiap enam bulan sekali."
Di sisi lain, Modi dihadapkan pada jutaan masyarakat India yang hidup di bawah garis kemiskinan. Modi sempat meninjau regulasi mengenai tenaga kerja negara tersebut sebulan setelah terpilih, untuk menciptakan lapangan kerja sehingga mengangkat taraf hidup warga miskin.
Setelah mengumumkan kebijakan tersebut akhir pekan lalu, pemerintah berjanji akan memastikan tingkat penetapan harga diesel dan gas tidak akan melebihi kemampuan warga miskin.
"Negara tetap memantau penetapan harga. Kami menarik kontrol terhadap harga bahan bakar karena kita harus memanfaatkan perlambatan inflasi dan penurunan harga minyak mentah Brent," ungkap Menteri Keuangan India, Arun Jaitley.
Adapun, data Kementerian Perminyakan India menunjukkan ouput gas negara itu mengalami penurunan hingga 91 juta m3per hari sejak April lalu dari produksi sebelumnya yang mencapai 140 juta m3per hari sejak 2011 lalu.
Hal tersebut menyebabkan biaya impor gas alam cair mengalami kenaikan, mengingat India menggunakan gas pada industri pupuk dan listrik. Di sisi lain, tantangan Modi semakin besar karena harga gas diprediksi akan berangsur naik.
"Eksplorasi lokasi-lokasi baru membutuhkan waktu tidak singkat. Kemungkinan dalam satu tahun hingga 18 bulan ke depan harga gas akan perlahan mengalami kenaikan sebelum mencapai titik stabil," ungkap Biswas.