Bisnis.com, BEIJING – Untuk mengakselerasi pertumbuhan, China dinilai tidak dapat hanya bergantung pada kebijakan moneter dan fiskal, namun harus segera mengimplementasikan reformasi struktural.
Hal tersebut disampaikan oleh Managing Director World Bank, Sri Mulyani Indrawati. Menurutnya, China telah memperkuat landasan fiskal dan moneternya saat menghadapi krisis finansial global 2008 lalu dan kini saatnya melakukan hal yang memberi dampak lebih signifikan.
“Saya merekomendasikan China tidak bergantung pada kebijakan makro seperti sebelumnya. Kini saatnya berfokus pada implementasi reformasi,” ungkap Sri Mulyani di Beijing, Selasa (21/10/2014).
Pernyataan Sri Mulyani tersebut menyusul laporan Biro Statistik Nasional China yang mengumumkan Negeri Panda tumbuh 7,3% pada kuartal III, melambat setelah tumbuh masing-masing 7,4% dan 7,5% pada kuartal pertama dan kedua lalu.
Mengingat permintaan ekspor mulai pulih, Sri Mulyani meminta negara perekonomian terbesar kedua dunia tersebut untuk menggerakkan pasar domestiknya agar pertumbuhan ekonomi segera terkerek kembali.
Meski ekspor, investasi, dan produktivitas kelak memulih, dia menyampaikan World Bank memprediksi pertumbuhan jangka panjang China akan berada di level 6%. Risiko perlambatan ekonomi China dikhawatirkan akan memengaruhi laju pertumbuhan ekonomi global.