Bisnis.com, SINGAPURA--Singapura mencatatkan pertumbuhan ekonomi 1,2% pada kuartal III setelah lesunya sektor properti sempat menyebabkan negara itu tumbuh hanya 0,1% pada kuartal sebelumnya. Data yang dipublkasikan Kementerian Perdagangan Singapura ini lebih tinggi dari estimasi analis yang disurvei Bloomberg yakni 0,8%.
Adapun dalam skala tahunan, ekonomi tumbuh 2,4% pada kuartal III. Pemerintah Singapura menargetkan pertumbuhan 2,5%-3,5% untuk tahun fiskal 2014.
Pertumbuhan ditopang oleh pemulihan permintaan global yang mengangkat aktivitas manufaktur negara tersebut. Pemulihan global diyakini berperan besar, di tengah kebijakan pemerintah untuk mengurangi penggunaan tenaga kerja berupah murah asal luar negeri.
“Pertumbuhan terdampak dari efek beruntun produktivitas tinggi sektor manufaktur sekaligus pemulihan permintaan global. Kebijakan pemerintah seimbang mengatur hal ini,” ungkap ekonom Mizuho Bank Ltd, Vishnu Varathan di Singapura, merespons laporan tersebut.
Seperti diketahui, Pemerintah Singapura menetapkan kebijakan 10 tahun untuk mengurangi tenaga kerja asal luar negeri sehingga menyebabkan minimnya jumlah tenaga kerja. Situasi ini awalnya diprediksi menyebabkan sektor manufaktur menjadi kurang produktif. Nyatanya, setelah penetapan pembatasan tersebut, banyak industri baru muncul di Singapura.
Hal itu ditunjukkan dengan sektor manufaktur Singapura yang tumbuh 1,2% pada kuartal III dari kuartal sebelumnya ketika sektor ini terkontraksi 15,1%. Pada kuartal III, sektor jasa meningkat 1,3% melambat dari kuartal sebelumnya 4,5%.
Di sisi lain, aktivitas konstruksi mengalami penurunan 2,7% setelah turun 2,4% pada bulan sebelumnya. Pemerintah Sigapura masih harus bergulat dengan kelesuan sektor properti, yang ditakutkan akan menghambat pertumbuhan. Padahal, sektor ini berkontribusi 4,4% pada pertumbuhan ekonomi tahun lalu.