Bisnis.com, TOKYO--Bank of Japan (BoJ) menyatakan memiliki banyak opsi yang dapat dilakukan untuk mengejar target inflasi 2%. Setelah kenaikan pajak penjualan April lalu, berbagai pihak pesimistis Jepang dapat keluar dari belitan deflasi, mengingat belanja konsumen dan bisnis tak kunjung pulih.
Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda mengatakan salah satu upaya yang tersedia yaitu pengelolaan aset keuangan seperti obligasi pemerintah Jepang (Japan government bond/JGB) yang pasarnya dinilai cukup potensial.
“Kami telah meningkatkan kepemilikan obligasi pemerintah jangka panjang, namun nilainya masih 20% dari total nilai keseluruhan,” ungkap Kuroda saat menyampaikan pidatonya pada sebuah pertemuan di New York, Kamis (9/10/2014).
Kuroda mencontohkan Bank of England (BoE) yang mengelola sekitar 40% obligasi pemerintahnya.
Dia meyakinkan bahwa berbagai opsi telah tersedia dan BoJ tidak akan ragu untuk menggunakan berbagai opsi tersebut jika dibutuhkan.
“Kami memiliki banyak aset finansial yang dapat dikelola oleh bank sentral. Jika dibandingkan dengan besarnya pasar, bank sentral hanya membeli sebagian kecil commercial paper, obligasi korporasi, exchange trade fund, dan J-REIT,” ungkapnya.
Adapun pembelian aset dalam jumlah besar pada dasarnya merupakan salah satu program utama BoJ setelah bank sentral tersebut mengucurkan stimulus agresif April 2013 lalu. Saat itu, bank sentral berjanji mencapai target inflasi 2% dalam 2 tahun.
Seperti diketahui, Kuroda dan Perdana Menteri Shinzo Abe berkukuh untuk menyudahi deflasi yang mengungkung Jepang setidaknya 15 tahun terakhir. Di sisi lain, Abe terdesak untuk menaikkan pajak penjualan karena ia harus mengatasi lambungan utang publik yang juga menghambat pertumbuhan Negeri Sakura.
Kuroda menekankan Jepang akan terus mempertahankan kebijakan pelonggaran kuantitatif untuk mempercepat pemulihan belanja domestik. Dia mengaku optimistis atas pemulihan Jepang.
“Laju perekonomian Jepang telah berjalan sesuai ekspektasi dan target kenaikan harga 2% akan segera tercapai. Kami baru setengah jalan menuju target tersebut,” ungkapnya di depan para pemimpin negara-negara G20 dan International Monetary Fund (IMF).
Di sisi lain, sulitnya mendongkrak belanja konsumen telah menyebabkan sejumlah pihak pesimistis terhadap target inflasi Kuroda. Ekonom UBS AG, Daiju Aoki menyampaikan bahwa Kuroda ingin meyakinkan dunia internasional bahwa BoJ akan mengupayakan apapun untuk mencapai target tersebut.