Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Jepang: Produksi Industri Negeri Sakura Tumbang

Produksi industri Jepang tumbang 1,5% pada Agustus dari bulan sebelumnya, di saat penjualan retail dan pasar tenaga kerja justru mengalami penguatan.
Ilustrasi/Reuters
Ilustrasi/Reuters

Bisnis.com, TOKYO – Produksi industri Jepang tumbang 1,5% pada Agustus dari bulan sebelumnya, di saat penjualan retail dan pasar tenaga kerja justru mengalami penguatan.

Data ini mengindikasikan dampak negatif pelemahan yen masih membayangi korporasi-korporasi Negeri Sakura.

Nilai tersebut berada di bawah estimasi ekonom yang disurvei Bloomberg News yaitu kenaikan 0,2%.

Di periode yang sama, penjualan retail menunjukkan peningkatan 1,9% dan tingkat pengangguran menurun 3,5%.

Sejumlah analis menunjukkan pesimisme mengenai laju pertumbuhan sepanjang tahun. Pengucuran stimulus dinilai merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan oleh pemerintah.

“Data kontras dengan pandangan bank sentral yang mengatakan tren produksi industri naik. Perekonomian tidak akan pulih sepanjang tahun ini,” ungkap Takeshi Minami, ekonom Norinchukin Research Institute, merespons data tersebut.

Menurutnya, pemerintah harus segera menyiapkan stimulus fiskal dalam jumlah besar untuk menggenjot pertumbuhan, apalagi jika Abe menaikkan kembali pajak penjualan.

Adapun survei Bloomberg pada sejumlah ekonom menyimpulkan perekonomian diprediksikan tumbuh 3,4% pada kuartal ini setelah terkontraksi 7,1% pada kuartal sebelumnya.

Sementara itu, Menteri Ekonomi Jepang Akira Amari tidak mengelak mengenai pelemahan ekonomi negara tersebut, namun ia tidak merekomendasikan pengucuran stimulus lebih lanjut.

“Saya mengakui pemulihan permintaan konsumsi masyarakat berlangsung lambat dan ekonomi melaju di bawah ekspektasi. Saya harap ekonomi akan segera menunjukkan tren pemulihan,” kata Amari.

Awal September lalu, Amari sempat menyampaikan bahwa pemerintah tidak akan menaikkan pajak penjualan tanpa sekaligus menetapkan kebijakan pendukung, namun ia tidak menjelaskan rinci kebijakan tersebut.

Saat ini, perdana menteri yang menjabat sejak 2013 tersebut dihadapkan pada tantangan menggeliatkan kembali kinerja mesin perekonomian yang lesu akibat kebijakannya menaikkan pajak penjualan. Di sisi lain, penerimaan negara harus ditingkatkan untuk memangkas utang tinggi negara.

“Data menunjukkan konsumsi mulai pulih namun produksi konsisten melemah. Aspek produksi tersebut memengaruhi data secara keseluruhan,” ungkap ekonom Sumitomo Mitsui Asset Management Co, Akiyoshi Takumori.

Takumori tidak menunjukkan kekhawatiran berlebihan, mengingat Pemerintahan Abe telah menunjukkan intensi untuk kembali mengucurkan stimulus demi menggenjot belanja konsumen dan bisnis, jika Abe jadi menaikkan pajak tahun depan.

Adapun upah tenaga kerja terhitung upah pokok, lembur, dan bonus meningkat 1,4% pada Agustus dari periode sama tahun lalu. Abe konsisten berupaya menaikkan upah untuk mendorong belanja, dengan menggelar diskusi bersama pemimpin bisnis Senin lalu.

Seperti diketahui, kenaikan pajak penjualan telah meningkatkan biaya hidup masyarakat 3,3%. Adapun tingkat pertumbuhan lapangan kerja turun 1,62% pada Agustus (yoy) setelah sempat tergelincir 1,66% pada bulan sebelumnya.

Masih di laporan yang sama, produksi industri diprediksi naik 6% pada September namun jatuh 0,2% pada Oktober. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dara Aziliya
Editor : Saeno
Sumber : Bloomberg/Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper