Bisnis.com, HONG KONG – Demonstran Hong Kong kembali turun ke jalan pada Senin (29/9/2014) meski petugas keamanan mengancam tidak akan menghentikan serangan gas air mata. Mereka menyuarakan keinginan mendapatkan demokrasi penuh yang tak kunjung dikabulkan Pemerintah Beijing.
Para demonstran yang berasal dari kalangan pelajar dan masyarakat umum menentang petugas keamanan, menyebabkan kerusuhan terbesar yang harus dihadapi pemerintah setelah peristiwa Tiananmen Square 25 tahun lalu.
Meski mempersilakan Hong Kong memiliki regulasi sendiri dalam menentukan arah pemerintahan, Beijing mengatakan tidak memperkenankan kota pusat keuangan global tersebut ‘berjalan terlalu jauh’ atas wewenang tersebut.
“Hong Kong merupakan milik China,” ungkap Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying di Beijing, Senin (29/9/2014).
Para demonstran kerap memohon pemerintah Negeri Panda untuk memberikan mereka demokrasi penuh, berupa penentuan sendiri calon pemimpin, tetapi tidak dibolehkan Pemerintah China.
“Pemerintah daerah Hong Kong tidak akan membiarkan pemerintah pusat menguasai daerah ini. Kami memperjuangkan nilai-nilai demokrasi dan kemerdekaan,” ungkap salah seorang demonstran, Nicola Cheung.
Akibat kerusuhan yang memanas dalam 4 hari terakhir, sejumlah bank tidak beroperasi dan meminta pegawainya bekerja di rumah atau dari branch di luar pusat kota Hong Kong. Bank yang menutup operasinya yaitu HSBC, Citigroup, Bank of China, Standad Chartered, dan DBS.