Bisnis.com, HONG KONG - Asian Development Bank (ADB) mempertahankan estimasinya atas pertumbuhan Asia di level 6,2% dan 6,4% untuk 2015 mendatang, terdampak dari berlanjutnya reformasi struktural yang diimplementasikan sejumlah negara penggerak ekonomi regional ini.
Kepala ekonom ADB Sang-Jin Wei menyampaikan implementasi reformasi struktural dapat meminimalisasi dampak dari lemahnya beberapa indikator ekonomi sejumlah negara.
“Pemulihan global yang berlangsung lambat menurunkan permintaan eksternal berdampak buruk bagi beberapa negara, namun secara keseluruhan pemulihan akan berlangsung masif selama sisa 2014 dan 2015 nanti,” kata Jin Wei di Hong Kong seperti dikutip Bisnis dari rilis yang dipublikasikan di situs resmi ADB.
Seperti diketahui, negara perekonomian terbesar Asia yaitu Jepang dan China tengah mengalami perlambatan pemulihan.
Hingga kini, China dihadapkan pada risiko dari keberadaan perbankan bayangan dan keterpurukan pasar properti. Adapun Jepang gagal menggairahkan lagi pertumbuhan ekonomi sejak kenaikan pajak penjualan 1 April lalu membekukan belanja konsumen dan bisnis.
Ekspor kedua negara pun lesu, seiring lemahnya pertumbuhan negara-negara Asia sekitar, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. ADB memprediksikan China tumbuh 7,5% tahun ini, estimasi yang sama dengan target pemerintah negara tersebut.
Sementara itu, harapan baru muncul dari India, seiring bangkitnya manufaktur negara tersebut terdorong oleh sentimen positif pemerintahan baru. Perdana Menteri terpilih Narendra Modi menyatakan siap mereformasi besar-besaran negara tersebut untuk mendorong investasi, menggairahkan bisnis, dan menekan laju inflasi.
Atas asumsi pemerintahan yang reformis, ADB memprediksikan India tumbuh 5,5% pada tahun ini dan menanjak ke 6,3% pada 2015.