Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EKSPANSI BISNIS: Ini 15 Perusahaan Indonesia Tanam Modal di Afrika

Sejumlah perusahaan Indonesia menanam modal di benua Afrika setelah merintis bisnis selama bertahun-tahun dan sudah waktunya perusahaan sektor jasa konstruksi dan produk industri infrastruktur menyerbu pasar Afrika Sub-Sahara khususnya yang sedang tumbuh.
Ditinjau dari sisi geografi, Afrika Sub-Sahara adalah kawasan dari benua Afrika yang terletak di selatan dari gurun pasir Sahara. /Bisnis.com
Ditinjau dari sisi geografi, Afrika Sub-Sahara adalah kawasan dari benua Afrika yang terletak di selatan dari gurun pasir Sahara. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah perusahaan Indonesia telah menanam modal di benua Afrika setelah merintis bisnis selama bertahun-tahun dan sudah waktunya perusahaan-perusahaan sektor jasa konstruksi serta produk yang terkait industri infrastruktur "menyerbu" pasar Afrika Sub-Sahara khususnya yang sedang tumbuh.

Sebut saja 15 perusahaan Indonesia yang telah berbisnis di Nigeria, salah satu negara tujuan investasi di Afrika Sub-Sahara, dan mereka berhasil mengembangkan usaha antara lain di sektor barang-barang konsumen.

Di antara perusahaan-perusahaan itu ialah Indorama (petrokimia), Indofood (mie cepat saji), Sayap Mas Utama (deterjen dan sabun), Mensa Group dan Kalbe International (farmasi) dan Tolaram Group (pemasok alat-alat listrik). Volume perdagangan antara kedua negara itu pun turut terdongkrak hingga mencapai lebih US$3 miliar pada 2013 dan trennya ke depan baik dan menjanjikan.

Ditinjau dari sisi geografi, Afrika Sub-Sahara adalah kawasan dari benua Afrika yang terletak di selatan dari gurun pasir Sahara. Kawasan itu secara politis terdiri atas semua negara di Afrika yang secara penuh atau sebagian berlokasi di selatan gurun Sahara.

Tiga negara telah menjadi rujukan mengenai bagaimana mereka mengembangkan ekonominya di abad ke-21. Afrika Selatan adalah salah satu pasar yang sangat canggih dan menjanjikan, menawarkan kombinasi infrastruktur ekonomi kelas dunia. Afrika Selatan dan Indonesia yang membuka hubungan diplomatik tahun 1994 telah menjalin hubungan ekonomi selama 18 tahun terakhir.

Total perdagangan Afrika Selatan dengan Indonesia tercatat pada Januari 2014 senilai US$106,18 juta, naik sebesar 42,29% dibandingkan dengan bulan yang sama 2013, dengan nilai US$74,62 juta. Total perdagangan tersebut terdiri dari ekspor sebesar US$33,67 juta, dan impor sebesar US$72,51 juta.

Posisi neraca perdagangan Afrika Selatan terhadap Indonesia pada Januari 2014 tercatat surplus bagi Indonesia sebesar US$38,84 juta, atau naik sebesar 29,81% dibandingkan Januari 2013.

Mozambik yang berlokasi strategis di bagian selatan Afrika berbatasan dengan Afrika Selatan, Zimbabwe, Zambia, Malawi, Tanzania dan Swaziland, menawarkan infrastruktur yang memberi akses berupa pelabuhan, jalan kereta api, jaringan pipa dan jalan raya ke negara-negara yang tergabung dalam SADC.

Nigeria khususnya yang berpenduduk sekitar 170 juta dan tingkat pertumbuhan rata-rata 6,4% antara 2010 dan 2013 merupakan kekuatan ekonomi yang terbesar dan berpenduduk paling padat di benua itu.

Duta Besar Nigeria untuk Indonesia Muhammad L. Sulaiman, Wakil Duta Besar Republik Mozambik Antonio Rodrigues Jose dan Wakil Duta Besar Republik Afrika Selatan Willem Geerlings adalah nara sumber dalam suatu diskusi yang diselenggarakan Direktorat Urusan Afrika, Kementerian Luar Negeri RI baru-baru ini.

Kemenlu memandang forum-forum seperti diskusi tersebut perlu diadakan dengan menghadirkan para diplomat senior serta pelaku bisnis Indonesia. Tujuannya ialah untuk meningkatkan hubungan ekonomi antara Indonesia dan negara-negara di Afrika Sub-Sahara dan mengatasi kendala-kendala yang masih menghambat hubungan dan kerja sama.

"Sekarang saya ingin menghubungkan potensi untuk kerja sama di sektor jasa konstruksi dan produk yang terkait industri infrastruktur secara bilateral dan antara Indonesia dan Afrika pada umumnya," kata Direktur Afrika, Kementerian Luar Negeri, Lasro Simbolon.

Dia merujuk beberapa perusahaan konstruksi Indonesia seperti PT Wika yang memperoleh kontrak dalam perdagangan jasa konstruksi dan produk-produk terkait di sejumlah negara Asia, Timur Tengah dan Afrika Utara. Ini menunjukkan mereka memiliki kapasitas untuk berkembang lebih besar.

Menurut dia, hubungan ekonomi antara Indonesia dan kawasan tersebut telah berkembang seperti ditunjukkan dengan tren postif perdagangan bilateral, interaksi dan kerja sama yang intensif di antara komunitas bisnis kedua pihak akhir-akhir ini.

Percepat pertumbuhan ekonomi Di antara lebih 40 negara di kawasan itu, Nigeria, Mozambik dan Afrika Selatan termasuk yang saat ini mengembangkan infrastruktur yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi mereka. Mereka termasuk di antara negara-negara yang menawarkan peluang untuk berperan serta dalam proyek-proyek konstruksi.

Sejumlah negara menyelenggarakan pameran di sektor konstruksi seperti Buildmacex (Building, Construction & Machinery Exhibition) di Nigeria, the Mozambuild Expo di Mozambik, CIBEX East Africa (Construction, Infrastructure, Building & Energy Expo) di Kenya and Interbuild di Afrika Selatan.

"Jelas hal itu merupakan refleksi dari pertumbuhan yang sedang booming di Afrika dan potensial sebagai mitra dalam industri infrastruktur dan konstruksi. Kita jangan sampai kehilangan peluang di sana dan segera menyerbu pasar non tradional itu," kata Larso.

Menurut dia, bisnis barang-barang konsumsi di kawasan itu bagi perusahaan-perusahaan Indonesia relatif sudah berjalan baik tetapi bagi perusahaan-perusahaan jasa konstruksi dan produk masih harus terus didorong.

Manajer Divisi Luar Negeri PT Wika Tamjianto mengatakan perusahaan BUMN ini telah menimba banyak pengalaman dalam perdagangan jasa konstruksi di berbagai negara dan termasuk yang terakhir di Aljazair yang terletak di Afrika Utara.

Dia mengingatkan perusahaan-perusahaan yang bergerak di perdagangan jasa konstruksi khususnya yang ingin masuk ke pasar di Afrika hendaknya bertahap sebagai subkontraktor dan mempelajari segala peraturan yang berlaku terkait dengan system pajak, tenaga kerja, bea cukai, dan perbankan. "PT Wika masuk ke pasar di luar negeri sebagai subkontraktor terlebih dahulu karena jangan sampai terjebak bisa masuk tapi tidak bias keluar," kata dia.

Dubes Sulaiman mengatakan perusahaan-perusahaan konstruksi Indonesia bisa masuk dalam proyek-proyek pembangunan perumahan, perkantoran, jalan raya, jembatan, terminal Bandar udara, bendungan, fasilitas pendidikan dan kesehatan.

Nigeria dianugerahi bahan-bahan mentah untuk membangun proyek-proyek konstruksi itu. "Inilah peluang bagi perusahaan-perusahaan Indonesia untuk investasi di industri infrastruktur dan jasa konstruksi," kata dubes Nigeria itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper