Bisnis.com, DENPASAR -- Maraknya pembangunan hotel budget di kawasan Bali, mulai mengusik tingkat hunian di hotel berbintang.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, pada Juli tingkat hunian di hotel berbintang turun 1,04 poin menjadi 61,4% dibandingkan periode sama tahun lalu 62,44%.
Periode Juli merupakan peak season yang biasanya membuat tingkat hunian hotel meningkat.
Kepala BPS Bali Panusunan Siregar menegaskan kondisi tersebut tidak mencerminkan kualitas wisatawan yang datang ke Bali merosot, melainkan menggambarkan banyaknya pilihan menginap.
"Kalau kualitas kami tidak dapat mendeteksi, mungkin karena sudah tahu fasilitas di sini, mereka tetap lama menginap hanya saja harga kamarnya mencari yang murah," jelasnya, Selasa (2/9/2014).
Penurunan hunian kamar itu berbanding terbalik dengan rata-rata lama menginap tamu di hotel berbintang yang meningkat 0,28 hari menjadi 3,47 hari dari periode sama sebelumnya 3,19 hari.
Panusunan menduga banyak wisatawan memilih mencari harga kamar yang lebih murah dibandingkan dengan hotel berbintang.
Sekjen Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali I Ketut Ardana menjelaskan penurunan itu sudah bisa diprediksi sebelumnya.
Penyebab utamanya, jelas dia, akibat maraknya perizinan tanpa memperhatikan kapasitas.
Menurutnya pembangunan hotel bintang 2 dan 3 di Badung dan Denpasar mengganggu tingkat hunian.
Akibatnya hotel menjual dengan harga murah untuk memenuhi tingkat hunian. Bahkan, dia menduga pariwisata Bali menuju wisata murah.
"Dengan kejadian seperti ini, saya yakin hunian akan menurun terus. Istilahnya karena kuenya dibagi banyak," jelasnya.
Melihat penurunan tersebut, PHRI berharap pemerintah daerah memperketat izin dan harus berani menahan laju pertumbuhan serta tidak semata-mata memikirkan pendapatan asli daerah (PAD).