Bisnis.com, TAIPEI— Peso, dan ringgit meluncur signifikan di antara mata uang Asia lainnya pada pekan ini, setelah Federal Reserve mengindikasikan bahwa periode kenaikan suku bunga acuan semakin dekat.
Bloomberg Dollar Spot Index, acuan yang digunakan untuk mengukur 10 mata uang utama, mencatatkan penguatan ke level tertinggi selama 5 hari sejak November tahun ini.
Pasalnya, notulensi konsensus pasar (Federal Open Market Committee/FOMC) menunjukkan perubahan haluan bahwa kenaikan suku bunga dapat terjadi lebih cepat dari estimasi sebelumnya.
Obligasi Asia juga tergerus pekan ini di tengah meningkatnya prospek kenaikan suku bunga yang bakal mengerek naik imbal hasil obligasi AS dan memangkas aset di emerging markets.
“Tema yang sedang hangat sekarang adalah apresiasi dolar yang berkaitan erat dengan perbaikan data ekonomi AS. Tidak hanya itu, pemulihan ekonomi AS juga kembali menghangatkan perdebatan kenaikan suku bunga,” ungkap Sim Moh Siong, analis Bank of Singapore di Singapura seperti dikutip Bloomberg, Sabtu (23/8/2014).
Berdasarkan data Tullett Prebon Plc., peso merosot 0,4% pekan ini menjadi 43,83 per dolar di Manila sedangkan ringgit turun 0,2% menjadi 3,16 terhadap dolar. Tidak hanya itu, won, dolar Taiwan, dan rupee justru terakselerasi.
Indeks yang melacak pergerakan dolar juga naik 0,7% dari Jumat (15/8) ke posisi US$1.026,79 dan menyentuh level tertinggi selama 6 bulan yaitu US$1.029,64.