Bisnis.com, MANADO—Pelaku usaha di Sulawesi Utara (Sulut) didesak untuk menggenjot ekspor dengan menambah variasi hasil produksi industri manufaktur karena saat ini dinilai masih terbatas.
Christian Pua, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulut, menuturkan itu tercermin dari jumlah turunan produk unggulan yang relatif belum beragam dibandingkan dengan negara tetangga terdekat, yakni Filipina.
Dia mencontohkan produk olahan kelapa, di negara itu telah memiliki sekitar 100 jenis dari 130 jenis produk turunan.
“Di sisi lain, pemanfaatan teknologi juga jauh lebih baik, antara lain teknologi pengemasan yang membuat daya saing produk-produk Filipina cenderung lebih baik daripada produk Sulut,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (6/8/2014).
Di samping itu, pasar yang masih terbatas juga menjadi tantangan tersendiri bagi perkembangan ekspor daerah yang berjuluk Bumi Nyiur Melambai itu.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulut Luctor E Tapiheru menjelaskan pangsa ekspor (export share) minyak kelapa masih terkonsentrasi pada sejumlah negara, seperti Belanda, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan China.
Menurutnya, Belanda masih menjadi negara yang memiliki rerata pangsa pasar terbesar sebesar 42%. “Adapun pangsa ekspor ikan olahan cenderung tersebar di berbagai negara dengan Jerman sebagai share terbesar 18%,” tuturnya.