Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EKONOMI SULUT: Surplus Perdagangan Capai US$561,66 Juta

Sulawesi Utara (Sulut) membuktikan dirinya sebagai salah satu provinsi yang memiliki neraca perdagangan surplus.
Peningkatan impor terjadi pada lemak dan minyak hewan (nabati) yang meningkat menjadi US$0,16 juta dari sebelumnya US$0,13 juta. /Bisnis.com
Peningkatan impor terjadi pada lemak dan minyak hewan (nabati) yang meningkat menjadi US$0,16 juta dari sebelumnya US$0,13 juta. /Bisnis.com

Bisnis.com, MANADO—Sulawesi Utara (Sulut) membuktikan dirinya sebagai salah satu provinsi yang memiliki neraca perdagangan surplus. Sepanjang 6 bulan pertama tahun ini, daerah tersebut mengalami surplus perdagangan sebesar US$561,66 juta.

Begitu pula secara bulanan, dengan nilai ekspor US$136,9 juta dan impor US$2,61 juta, maka neraca perdagangan Sulut surplus US$134,29 juta pada Juni 2014.

“Neraca perdagangan Sulut selalu surplus setiap bulan. Itu membuktikan ekspor semakin tinggi daripada impornya,” tutur Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut Albert Nicolaas, Senin (4/8/2014).

Sebagaimana diketahui, nilai ekspor Sulut mencapai US$637,06 juta sepanjang semester I/2014 atau melonjak 48,72% dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$428,37 juta.

Secara bulanan, nilai ekspor bulan Juni mengalami peningkatan 15,41% menjadi US$136,9 juta dari bulan Mei sebesar US$118,62 juta.

Menurutnya, berbagai komoditas di Bumi Nyiur Melambai ini tidak hanya diekspor melalui provinsi tersebut, melainkan ada juga yang diekspor ke pasar luar negeri melalui pintu ekspor di provinsi lain, seperti DKI Jakarta, Jawa Timur, dan sejumlah daerah lainnya.

“Sepanjang semester I/2014 tercatat yang melalui pintu Sulut sebesar US$563,26 juta, sedangkan sisanya melalui provinsi lain sebesar US$73,8 juta,” katanya.

Dia menjelaskan lemak dan minyak hewan (nabati) merupakan komoditas ekspor terbesar Sulut dengan nilai ekspor US$90,86 juta atau berkontribusi 66,37% dari total ekspor.

Sementara itu, nilai impor Sulut mencapai US$75,4 juta sepanjang semester I/2014 atau naik 33,12% dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$56,64 juta.

Meski cenderung naik, Albert menuturkan nilai impor sepanjang Juni 2014 mengalami penurunan signifikan sebesar 70,74% menjadi US$2,61 juta dari bulan sebelumnya sebesar US$8,92 juta.

Menurut golongan barang, peningkatan impor terjadi pada lemak dan minyak hewan (nabati) yang meningkat menjadi US$0,16 juta dari sebelumnya US$0,13 juta, serta bahan kimia anorganik yang meningkat dari US$0,1 juta menjadi US$0,21 juta.

Selain itu, penurunan impor terjadi hampir pada setiap komoditas utama, seperti mesin-mesin (pesawat mekanik) dari US$3,4 juta menjadi US$0,17 juta, benda-benda dari besi dan baja dari US$0,74 juta menjadi US$0,69 juta, besi dan baja dari US$0,13 juta menjadi US$0,08 juta, termasuk tiga komoditas, yakni bahan bakar mineral; garam, belerang, dan kapur; serta bahan peledak.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Herdiyan
Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper