Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Sentral Negara Maju Pertahankan Kebijakan Moneter yang Longgar

Pertumbuhan ekonomi dunia yang mulai beranjak menguat mendorong spekulasi bahwa beberapa bank sentral utama di dunia tetap mengadopsi kebijakan moneter yang longgar untuk mendukung pemulihan yang ada.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, LONDON - Pertumbuhan ekonomi dunia yang mulai beranjak menguat mendorong spekulasi  bahwa beberapa bank sentral utama di dunia tetap mengadopsi kebijakan moneter yang longgar untuk mendukung pemulihan yang ada.

Data ekonomi hingga pekan mendatang, terutama survei manufaktur (Purchasing Managers Index/PMI) Amerika Serikat, China, dan zona euro akan menjadi penentu hipotesis di atas.

Beberapa narasumber European Central Bank (ECB) menyebutkan pihaknya tengah menyiapkan sejumlah paket kebijakan untuk dibahas pada pertemuan Juni ke depan, termasuk pemangkasan suku bunga acuan dan peningkatan kapasitas kredit bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Sebelumnya, produk domestik bruto (PDB) zona euro hanya terakselerasi 0,2% dengan tingkat kesenjangan yang tinggi di antara negara anggotanya. Jerman memegang kendali kuat terhadap pertumbuhan ekonomi zona euro sedangkan Perancis dan Italia justru mengalami stagnansi.

“Sementara spekulasi memuncak atas komposisi kebijakan seperti apa yuang akan dipilih ECB untuk memerangi inflasi yang lemah, semua mata masih terfokus pada minutes the Fed yang akan memberikan petunjuk terkait exit policy the Fed,” ungkap Paul Mortimer-Lee, Kepala Pasar Ekonomi Global BNP Paribas di London, Minggu (18/5).     

Pada minutes the Fed sebelumnya, the Fed akhirnya melanjutkan pengurangan pembelian obligasi bulanan menjadi US$45 miliar dari US$55 miliar. Tidak hanya itu, pada saat yang sama, the Fed menilai penguatan ekonomi Amerika Serikat masih membutuhkan suku bunga acuan mendekati 0 untuk beberapa waktu ke depan hingga akhir tahun.

Sementara itu, Bank of Japan (BOJ) tidak merubah penilaiannya terhadap perekonomian Jepang yang terus menanjak sehingga mengindikasikan tidak adanya pemberian stimulus dalam waktu dekat, pembicaraan untuk pengetatan moneter bahkan tidak pernah dimunculkan.

“Perhatian utama BOJ adalah lemahnya ekspor dan apakah pertumbuhan upah tenaga kerja akan mampu memacu konsumsi domestik,” tambah Yoshiki Shinke, Ketua Ekonom Dai-ichi Life Research Institute.

Sedikit berbeda di China, beberapa data ekonomi menunjukkan perlambatan di output, investasi, dan konsumsi. Akibatnya, spekulasi terkait pemberian stimulus oleh China semakin menguat di tengah upaya pemerintah terus menggenjot ekonomi di angka 7,5% tahun ini.

Namun, pemerintah dan People Bank of China (PBOC) sama-sama mengindikasikan keengganannya untuk mengucurkan stimulus dalam waktu dekat.  


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sepudin Zuhri
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper