Bisnis.com, JAKARTA—Kelompok pemberontak pro Rusia menyatakan mayoritas penduduk di kawasan Donetsk dan Luhanksk memilih memisahkan diri, kendati pemerintah Ukraina dan negara Barat menilai referendum itu tidak sah.
Para pemilih di Donetsk mendukung pemisahan diri dengan perbandingan dengan jumlah persentase 90% melawan 10% yang menolak, menurut kantor berita RIA Novosti sebagaimana dikutip Bloomberg, Senin (12/5/2014).
Sementara itu, di wilayah Luhansk diperkirakan 75% mendukung pemisahan diri meski hasil akhir dari pemungutan suara itu belum keluar.
Pemberontak Ukraina Timur pendukung Rusia tetap menggelar referendum pemisahan diri di Donetsk dan Luhansk kemarin meski sebagian penduduk mengecam langkah itu. Kelompok yang dituduh mendapat bantuan dari pasukan khusus Rusia itu tetap tidak menghiraukan kecaman dari berbagai pihak termasuk Kiev dan negara-negara Barat.
Di tempat pemungutan suara dilaporkan kekacauan sempat terjadi. Bilik pemungutan suara serta daftar pemilihan juga tak tersedia. Para pemimpin pemberontak yang memproklamirkan diri di kedua wilayah itu bersikukuh menggelar pemungutan suara meskipun Presiden Rusia Vladimir Putin mendesak untuk menundanya.
Dalam referendum tersebut, surat suara referendum yang ditujukan untuk para pemilih tertulis 'Apakah anda mendukung langkah pemisahan diri Republik Rakyat Donetsk/Republik Rakyat Luhansk?