Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Atasi Kekurangan Gizi, Masyarakat Sumba Barat Bangun Dapur Hidup

Untuk mengatasi masalah kekurangan gizi, masyarakat Sumba Barat berupaya membuat dapur hidup, yang berisi aneka tanaman dan sayuran yang bisa dikonsumsi sendiri.
Ketua Tim PKK Sumba Barat Beby Pandango bersama salah seorang ibu, memperlihatkan buah terung hasil dari 'dapur hidup', yang ditanam di halaman rumah./Bisnis-Rahmayulis Saleh
Ketua Tim PKK Sumba Barat Beby Pandango bersama salah seorang ibu, memperlihatkan buah terung hasil dari 'dapur hidup', yang ditanam di halaman rumah./Bisnis-Rahmayulis Saleh

Bisnis.com, WAIIKABUBAK, Sumba Barat-- Untuk mengatasi masalah kekurangan gizi, masyarakat Sumba Barat berupaya membuat dapur hidup, yang berisi aneka tanaman dan sayuran yang bisa dikonsumsi sendiri.

Dapur hidup adalah istilah lain dari kebun gizi yang ditanam di halaman rumah setiap warga. Tujuannya untuk memenuhi gizi dan kebutuhan sayuran bagi keluarga, dengan hemat dan praktis, serta tanpa harus mengeluarkan uang untuk membeli sayur di pasar.

Salah satu desa yang berhasil memanfaatkan dapur hidup ini adalah Desa Loloanno, Kecamatan Tanarighu, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur.

Program dapur hidup ini sudah diterapkan di desa tersebut sejak 2000, atas inisiatif dan fasilitas LSM Wahana Visi Indonesia. "Ketika itu ada program pipanisasi air bersih bagi desa ini. Karena air sudah ada, jadi kami coba gerakkan dapur hidup," kata Dominggus Bayo, Kepala Desa Loloanno, dalam diskusi tentang kebun gizi di wilayahnya, Kamis (1/5/2014).

Diskusi tersebut dihadiri oleh Camat Tanarighu Yohana Pandango, Ketua Tim PKK Sumba Barat Beby Pandango, Kadis Kesehatan Sumba Barat Bonar B. Sinaga, Tim WVI Sumba Barat, dan masyarakat sekitarnya.

Manajer WVI Welnike Angel, Area Development Program Manager Sumba Barat WVI,  mengatakan saat diadakan penelitian di Desa Loloanno, timnya menemukan ada lima anak balita yang mengalami gizi buruk. Seperti anak usia 1,6 tahun berat badannya hanya 6,3 kg. Idealnya lebih dari 10 kg.

"Untuk mengatasi hal tersebut, kami fokus sosialisasi pada penerapan dapur hidup terhadap masyarakat. Jadi warga dilatih dalam memilih sayuran, cara memasaknya, dan kapan saja diberikan kepada anak. Setiap hari anak-anak diberi sayuran organik," katanya. 

Hasilnya, lanjutnya, kelima anak balita tersebut menjadi baik, berat badannya meningkat. Ada yang naik 200 gram, ada juga yang sampai 2 kg. "Seperti anak yang usia 1,6 tahun tersebut, dalam sebulan berat badannya naik menjadi 8 kg. Itu cukup bagus," ungkapnya.

Kades Loloanno Dominggus menuturkan masalah gizi buruk ditemukan di daerahnya, karena orang tua yang sibuk berkebun. Anak- anak balitanya diasuh oleh kakek dan neneknya, yang terkadang lupa memberi makan. Sehingga makan anak tidak teratur. 

"Semua akan kami atasi, dan masyarakat bisa hidup layak dengan gizi yang baik," ungkapnya.

Menurut dia, dapur hidup tersebut cukup membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi dan sayuran. Sehingga anak dan keluarga bisa sehat, dan aktif belajar di sekolah.

Sayuran yang banyak ditanam diantaranya terung, bayam, sawi putih, kangkung, tomat, cabe, dan tanaman obat seperti jahe, kunyit, kencur, dan lainnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rahmayulis Saleh
Editor : News Editor

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper