Bisnis.com, SEMARANG - Kementerian Kelautan dan Perikanan mendorong pengembangan budidaya payau dan laut yang baru dimanfaatkan 3,69% dari potensinya, terutama ikan kerapu, kakap putih, dan bawal bintang.
Slamet Subjakto, Dirjen Perikanan Budidaya KKP, menuturkan budidaya payau dan laut memiliki banyak peluang untuk dikembangkan, mengingat baru 3,69% yang sudah dikembang dari areal laut potensial seluas 8,36 juta ha, pada 2011.
“Pengembangan budidaya payau dan laut harus didorong, terutama produksi komoditas ekspor yang berdaya saing, seperti kerapu, kakap, dan bawal bintang," katanya dalam Forum Konsolidasi Nasional Budidaya Air Payau dan Laut, Selasa malam (15/4/2014).
Selain aspek ekonomi, pengembangan budidaya payau dan laut erat kaitannya dengan peningkatan produksi perikanan dalam rangka menopang ketahanan pangan dan gizi masyarakat.
“Ikan tongkol, bandeng, dan kembung itu sudah masuk ke komponen inflasi rata-rata sumbangannya 0,56%. Jadi kita usulkan masuk dalam kategori barang kebutuhan pokok," ujarnya.
Dalam jangka panjang, Ditjen Perikanan Budidaya mendorong pengembangan marikultur di kawasan perairan lepas pantai (offshore). Namun, implementasinya membutuhkan modernisasi teknologi budidaya, pemilahan komoditas bernilai ekonomi tinggi dan berorientasi pasar, serta regulasi yang kuat.
"Budidaya offsore ini harus fokus dan berkelanjutan. Tata ruang dan zonasi itu paling penting untuk kepastian investasi di bisnis marikultur," tuturnya.
Slamet menambahkan seluruh pemangku kepentingan di bidang perikanan budidaya harus bersinergi untuk mengantisipasi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean pada akhir 2015, termasuk koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah.
"MEA 2014 akan membuka keran perdagangan bebas di Asean. Kita harus jadi basis produksi perikanan budidaya yang berdaya saing, jangan hanya jadi objek pasar," katanya.