Bisnis.com, DENPASAR— Para petani Bali patut sumringah sejenak dengan kenaikan nilai tukar petani Provinsi Bali sepanjang Maret 2014 sebesar 0,76% menjadi 104,33 dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya 103,55.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bali Panusunan Siregar menyampaikan secara umum kenaikan NTP disebabkan peningkatan indeks yang diterima petani sebesar 1,07% lebih tinggi dari kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,31%.
Subsektor utama yang mendorong naiknya nilai tukar petani adalah tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan 1,62%. Didukung pula kenaikan NTP subsektor holtikultura 1,44%, dan peternakan 0,28%.
“Di sisi lain, NTP subsektor perikanan dan tanaman pangan menurun masing-masing 0,42% dan 0,05%,” ujarnya.
Berdasarkan pemaparan, kenaikan indeks harga dibayar petani di Bali disebabkan kenaikan indeks harga barang konsumsi rumah tangga, barang produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) yang dipengaruhi naiknya harga barang modal seperti karung, kereta dorong, dan keranjang.
Bila dibandingkan dengan nasional, posisi daya tukar petani Bali masih di atas angka nasional yang hanya 101,86. Kendati demikian, indeks harga konsumen perdesaan di Bali mengalami inflasi 0,42%. Bali menempati urutan ke-3 dari 22 provinsi yang mengalami inflasi perdesaan. Secara nasional terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,19%.
Dari 33 provinsi, sebanyak 22 provinsi mengalami inflasi perdesaan dan sisanya 11 provinsi mengalami deflasi. Inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Sulawesi Utara 0,51%, sedangkan inflasi perdesaan terendah di Kalimantan Selatan 0,01%. Adapun, deflasi perdesaan tertinggi berasal dari Sulawesi Barat 0,31%, sementara deflasi terendah ialah Nangroe Aceh Darussalam 0,04%.(lvi)