Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Oxfam Hargai Komitmen Coca Cola & PepsiCo

Oxfam mengklaim dua perusahaan minuman raksasa asal Amerika Serikat, Coca Cola dan PepsiCo berkomitmen menyetop perampasan lahan milik masyarakat terkait dengan penggunaan gula ke dalam produknya.n

Bisnis.com, JAKARTA - Oxfam mengklaim dua perusahaan minuman raksasa asal Amerika Serikat, Coca Cola dan PepsiCo berkomitmen menyetop perampasan lahan milik masyarakat terkait dengan penggunaan gula ke dalam produknya.

Hal itu disampaikan Rebecca Gowland, Kepala Strategi Kampanye Oxfam Inggris, terkait dengan  sedikitnya desakan 270.000 orang kepada dua perusahaan tersebut untuk menghentikan perampasan lahan.

"Terlalu sering, gula dalam makanan dan minuman favorit kita dihasilkan dari penggusuran komunitas, dan membuat mereka tak memiliki lahan serta kelaparan," kata Gowland dalam keterangan resminya, Ahad (30/3/2014). 

Walaupun demikian, paparnya, perubahan positif yang dilakukan oleh Coca Cola, PepsiCo dan Associated British Foods (ABF) merupakan hasil desakan melalui kicauan Twitter, surat elektronik hingga petisi yang disampaikan.

Dengan desakan tersebut, Coca Cola dan PepsiCo sekarang memiliki lebih banyak kebijakan untuk menolong menghentikan perampasan lahan, sementara ABF sudah memulai jalan ke arah yang benar.

"Ini tak berhenti di sini. .Pada bulan-bulan mendatang, kami akan mendorong perusahaan-perusahaan makanan besar untuk mengatasi masalah perubahan iklim."

Oxfam sebelumnya menyatakan sepuluh perusahaan makanan raksasa lambat mengatasi persoalan sistem pangan global, akibat masih minimnya solusi korporasi tersebut atas perampasan lahan, kelaparan, kemiskinan, dan hak perempuan. Hal itu disampaikan dalam laporan pemeringkatan Oxfam International dengan nama Behind the Brands pada Februari.

Menurut organisasi tersebut, perusahaan mulai membuat pelbagai kebijakan yang berkelanjutan dan adil, walapun kemajuannya masih berjalan lamban, sehingga berpengaruh terhadap masalah masyarakat dan lingkungan.

"Terlalu banyak perusahaan yang masih terjebak dengan kebijakan yang gagal mengukur ancaman-ancaman terhadap industri mereka serta keinginan konsumen atas transparansi sekaligus tanggung jawab. Tren secara keseluruhan sudah ke arah yang benar, tetapi kemajuannya masih perlahan," demikian laporan singkat berjudul Race to the Top: One Year of Looking Behind the Bars.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Anugerah Perkasa
Editor : Yusran Yunus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper