Bisnis.com, BANGKOK – Aksi unjuk rasa menentang pemerintah Thailand telah diwarnak dengan ledakan bom.
Setidaknya 24 orang, termasuk tiga anak-anak, terluka dalam ledakan bom di dekat satu lokasi protes antipemerintah di ibu kota Thailand Bangkok pada Minggu (23/2/2014) sore, kata laporan media lokal.
Sebuah bom meledak pada sekitar pukul 17.00 waktu setempat di dekat satu toko serba ada di persimpangan Ratchprasong, kata Bangkok Post.
Para korban terluka telah dilarikan ke rumah sakit terdekat. Polisi sedang menyelidiki ledakan itu.
Ini adalah serangan bom kedua yang dilaporkan selama akhir pekan.
Pada Sabtu malam, penyerang tak dikenal menembak dan melemparkan granat di sebuah lokasi protes di Provinsi Trat, Thailand timur, meninggalkan seorang gadis lima tahun tewas dan 34 lainnya terluka.
Di antara 34 korban luka 29 masih dalam perawatan di rumah sakit.
Negara ini telah melihat kekerasan sporadis sejak kerusuhan politik meletus pada akhir 2013.
Sebanyak 17 orang tewas dan 739 terluka dalam kekerasan politik sejak 30 November, kata Kepala Dinas Kesehatan Suphan Srithammarak pada hari sebelumnya.
Mayoritas, atau 695 dari 739 orang, yang terluka parah adalah korban di Bangkok. Sisanya adalah korban di Provinsi Trat, Pathum Thani, dan Rayong, demikian menurut Suphan.
Sejauh ini belum jelas siapa bertanggung jawab atas ledakan bom pada Minggu di sebuah kawasan perbelanjaan yang padat.
Polarisasi masyarakat Thailand meningkatkan kemungkinan semakin meluasnya pertikaian sipil.
Masing-masing pihak menuding pihak lainnya memantik kekerasan.
Sementara itu, provokator bersenjata diketahui pernah berupaya meningkatkan ketegangan.
Pengunjuk rasa dan polisi menuding kekerasan tersebut dilakukan oleh kelompok ketiga yang belum jelas.
Yingluck menggambarkan serangan pada Minggu dan Sabtu di provinsi Trat di wilayah timur yang menewaskan seorang gadis lima tahun, sebagai aksi terorisme.
"Saya mengutuk keras penggunaan kekerasan dalam beberapa hari terakhir ... karena ikut menelan nyawa anak-anak," katanya dalam akun Facebook.
"Insiden kekerasan itu merupakan aksi teroris untuk kepentingan politik tanpa menghormati nyawa manusia," kecamnya.
Badan PBB untuk anak-anak, UNICEF, mendesak orang tua untuk menjauhkan anak-anak mereka dari lokasi unjuk rasa.
Setidaknya 20 orang tewas dan ratusan lainnya cidera sejak gelombang protes pecah pada November, kata Pusat Medis Erawan yang memantau rumah sakit-rumah sakit.
Jumlah korban tersebut merupakan yang terbesar sejak kerusuhan politik pada 2010.
Saat itu, pendukung Thaksin yang dikenal dengan sebutan kelompok baju merah melumpuhkan Bangkok dalam upaya menggulingkan pemerintahan Partai Demokrat yang saat ini menjadi partai oposisi utama.
Lebih dari 90 orang tewas dan 2 ribu lainnya cidera dalam kerusuhan tersebut, yang berakhir dengan terlibatnya tentara.