Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Riset dan Teknologi menilai Indonesia membutuhkan pengembangan IPTEK terutama penambahan tenaga periset dan perekayasa guna menjadi salah satu kekuatan ekonomi utama dunia pada 2030 mendatang.
Staf Ahli Menteri Negara Riset dan Teknologi Idwan Suhardi mengatakan tenaga periset/perekayasa yang dimiliki Indonesia sekitar 7.800 orang. Menurutnya, jumlah tersebut jauh dari yang dibutuhkan Indonesia.
“Oleh karena itu arah kebijakan dalam strategi pengembangan 2030 mempercepat pengkaderan dan rekrutmen 7.000-10.000 aktor inovasi secara nasional,” ujarnya dalam diskusi pakar Bisnis Indonesia-Kagama DKI Jakarta, Selasa (28/1/2014).
Menurutnya, perlu ada percepatan pengkaderan dan rekrutmen seperti ilmuwan, perekayasa dan aktor inovasi berbakat yang berwawasan multisumber dengan kompetensi yang memadai, berkepemimpinan global dan cinta tanah air.
Kendati demikian, pemerintah juga harus menetapkan pola ideal dan proporsional sebaran ilmuwan, perekayasa dan aktor inovasi ke daerah. Dia berpendapat sumber daya manusia masih menjadi hambatan bagi Indonesia untuk maju, sehingga perlu segera dikembangkan.
Seperti diketahui, pemerintah pada 2030 menargetkan pendapatan per kapita berkisar antara US$14.250-US$15.000, dengan total nilai perekonomian berkisar antara US$4 triliun-US$4,5 triliun. Adapun, pertumbuhan ekonomi 8%-9% pada 2015-2030.