Bisnis.com, JAKARTA—Isu antisipasi Indonesia terhadap pengetatan moneter AS menjadi sorotan utama berbagai media nasional hari ini, Selasa (26/11/2013), selain isu pasar saham di Tanah Air yang kian lengang.
Selain itu, juga ada isu penilaian pelaku pasar bahwa likuiditas di pasar obligasi domestik lebih rendah dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan Asia Tenggara.
Berikut ini ringkasan berita-berita utama media Ibu Kota:
Kini Era Rezim Moneter Ketat
Indonesia sedang memasuki masa transisi moneter. Tahun 2014 diprediksi akan ada pengetatan kebijakan moneter Amerika Serikat yang berdampak terhadap semua negara di dunia, termasuk Indonesia. Untuk itu, perlu dilakukan kebijakan moneter pada masa transisi guna mengantisipasi dampak keuangan dunia, ujar Wapres Boediono (KOMPAS).
Minim Transaksi, Pasar Saham Kian Sepi
Belakangan ini pasar saham di Tanah Air kian lengang. Kemarin, volume transaksi di Bursa Efek Indonesia hanya 3,20 miliar saham, turun sekitar 42% dari rata-rata volume perdagangan harian tahun 2013, sebanyak 5,56 miliar saham. Tidak mengherankan kalau kondisi itu menyebabkan nilai transaksi menyusut (KONTAN).
Transformasi Struktural Butuh 5 Tahun Lagi
Pemerintah menyatakan transformasi struktural untuk mengatasi defisit transaksi berjalan dengan cara menggeser ekspor produk primer ke ekspor produk jadi dan meningkatkan industri berteknologi rendah ke industri berteknologi tinggi sudah dijalankan. Namun, untuk memetik hasilnya dibutuhkan waktu sekitar lima tahun lagi (INVESTOR DAILY).
Likuiditas Pasar Obligasi Masih Kecil
Pelaku pasar menilai likuiditas di pasar obligasi domestik lebih rendah dibandingkan beberapa negara di kawasan Asia Tenggara. Salah satu faktor yang membuat pasar obligasi kurang likuid adalah nilai emisi per tahun yang relatif rendah, dan perusahaan domestik tidsk banyak yang memamfaatkan obligasi sebagai salah satu sumber pendapatan (FINANCE TODAY).