Bisnis.com, JAKARTA - Perkembangan kualitas pendidikan Indonesia dibandingkan dengan negara tetangga masih tertinggal.
Berdasarkan data dari UNESCO yang dipublikasikan dalam Education for All Global Monitoring Report 2011, Education Development Index (EDI), Indonesia berada pada posisi ke-69 atau empat strip di bawah Malaysia yang bertengger di posisi ke-65 dan jauh tertinggal dari Brunei yang berada di posisi ke-34.
Masih jauh tertinggalnya kualitas pendidikan ini menyebabkan kurang bersaingnya sumber daya manusia Indonesia dibandingkan dengan sumber daya manusia dari negara lain. Padahal, pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun karakter bangsa dan faktor untuk menggerakkan perekonomian suatu bangsa.
Laporan dari Bank Dunia yang dipublikasikan dalam Teacher Employment and Deployment in Indonesia pada 2005 menyebutkan distribusi guru tidak merata antara sekolah di perkotaan dan daerah terpencil. Hampir 68% sekolah yang berada di perkotaan mengalami kelebihan guru, sementara 66% sekolah di daerah terpencil kekurangan tenaga pengajar.
Bambang Irianto, Praktisi Pendidikan dari Putera Sampoerna Foundation, berpendapat guru merupakan ujung tombak dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan karena guru melakukan interaksi langsung dengan peserta didik dalam pembelajaran di ruang kelas.
Melalui proses belajar dan mengajar inilah, kualitas pendidikan bermula yang berarti menjadi proses yang sangat penting dalam perjalanan di masa depan.
“Bahkan guru cenderung enggan untuk tinggal di daerah terpencil. Karena itu, perlu pembekalan mental guru untuk merubah paradigma,” ujarnya saat diskusi bertema Solusi Pendidikan di Daerah Terpencil, Jumat (22/11/2013)
Program sertifikasi guru, menurutnya, berdasarkan data dari UNESCO mampu meningkatkan kesejahteraan para pahlawan tanpa tanda jasa tersebut. Namun, tidak ada perubahan kualitas guru dalam mengajar akibat dari program sertifikasi tersebut.
Persoalan pendidikan di daerah terpencil memang memerlukan perhatian khusus dari semua pihak karena kesempatan yang diperoleh masyarakat di daerah tersebut tidak sama dengan masyarakat yang berada di perkotaan.
Selain masalah tenaga pendidik, akses pendidikan menjadi problem utama yang perlu dicarikan solusinya.
Misalnya saja untuk dapat mengenyam pendidikan, masyarakat di daerah terpencil perlu menempuh jalan panjang dan waktu yang cukup lama.
Hanya mereka yang memiliki semangat tinggi untuk belajar yang mau untuk melakukan hal tersebut. “Akibatnya akan ada kekurangan tenaga terdidik untuk menunjang pertumbuhan ekonomi,” tambahnya.
Berdasarkan data dari Kemendikbud pada 2010, akses pendidikan di Indonesia masih perlu mendapat perhatian karena tiap tahunnya ada 1,5 juta anak yang tidak dapat melanjutkan sekolah. (Bunga Citra Arum/Rachmad Subiyanto)