Bisnis.com, SURABAYA-Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur memproyeksi nilai ekspor emas Jawa Timur turun akibat fluktuasi harga di pasar global.
Kadisperindag Jatim Budi Setiawan menguraikan nilai ekspor emas daerahnya pada 2012 mencapai US$826 juta. Namun, realisasi ekspor emas perhiasan Jatim sampai dengan Juli 2013 hanya US$ 42,5 juta, dan turun lagi di Agustus menjadi US$140,3 juta.
"Penurunan mungkin terjadi sampai akhir tahun karena harga emas tidak stabil," jelasnya, Selasa (8/10/2013).
Adapun ekspor perhiasan Jatim secara kumulatif mulai Januari-Agustus 2013 sudah mencapai US$582,58 juta. Emas perhiasan saat ini menjadi salah satu andalan ekspor Jatim pada 2013.
Budi berharap pameran perhiasan internasional yang akan digelar pada 10-13 Oktober di Surabaya bisa mendongkrak nilai transaksi emas, apalagi acara tersebut melibatkan pengusaha perhiasan dari luar negeri.
"Kami juga telah menggelar lomba desain perhiasan sehingga bisa menawarkan model lebih banyak," tambahnya.
Menurut Budi, Jawa Timur memiliki 26 pengusaha perhiasan besar dan 1.854 usaha perhiasan kecil, dengan jumlah tenaga kerja di bidang ini sekitar 17.600 orang.
Sekjen Asosiasi Pengusaha Perhiasan dan Permata Indonesia Iskandar Husein menguraikan industri perhiasan di Tanah Air tumbuh bagus, yang terlihat dari penambahan usaha di bidang perhiasan 10%.
"Kepesertaan dalam acara pameran tahunan terus bertambah, sehingga menunjukkan pertumbuhannya cukup bagus," tambahnya.
Pertumbuhan itu, lanjutnya, diikuti dengan perhatian masyarakat atas emas cukup bagus. Hanya saja, asosiasi kini menggalakkan pencantuman kadar pemurnian emas.
"Seperti kadar 18 karat maka emas murninya 75% harus dicantumkan di surat dan perhiasan untuk perlindungan konsumen," urainya.