Bisnis.com, MEDAN - Pemadaman listrik yang semakin sering terjadi di Sumut benimbulkan kerugian pada usaha kecil menengah (UKM) di Medan hingga jutaan rupiah. Pelaku UKM menuntut PT Perusahaan Listrik Negara untuk memperbaiki pelayanannya.
Yusri Hendra, Pengusaha Percetakan Nasry Fotoworks di Medan, mengatakan hingga saat ini kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan peralatan mencapai Rp18,6 juta. Belum lagi pemadaman listrik menimbulkan penurunan omzet lebih dari 80%.
"Peralatan yang rusak di percetakan antara lain baterai UPS komputer dan mesin foto copy, kerugian mencapai Rp18,6 juta. Belum lagi televisi saya sudah rusak tiga unit," ujarnya kepada Bisnis hari ini, Jumat (20/9/2013).
Dia menuturkan pemadaman yang dilakukan oleh PLN hingga lebih dari tiga kali sehari sangat merugikan pengusaha kecil seperti dirinya. Pemadaman dilakukan rata-rata pada pukul 08.00 WIB, pukul 16.00 WIB dan pukul 22.00 WIB.
Menurutnya, sebelum pekan terakihir pemadaman dilakukan sebanyak satu hingga dua kali sehari. Namun, pekan ini terjadi peningkatan pemadaman dan menimbulkan kerugian yang lebih besar.
"Kami yang pasti rugi terutama dari keuntungan usaha karena pesanan turun, penurunan omzet hampir 80% dari rata-rata harian Rp3 juta. Pelanggan juga banyak yang komplain karena pesanan tidak bisa tepat waktu," paparnya.
Biaya produksi, sambungnya, juga bertambah terutama karena mengharuskan Yusri untuk membeli jenset sebagai penambah daya ketika terjadi pemadaman. Harga jenset dengan daya 5.000 MW dibanderol Rp2,3 juta dan biaya bahan bakar mencapai Rp200.000 per hari.
Muhammad Iqbal, Pengusaha warung internet Abdie.net di Medan, juga mengeluhkan hal yang sama. Dia mengaku pekan ini satu unit komputer dengan harga Rp3 juta per unit di warnetnya telah rusak.
"Rusaknya ketika terjadi pemadaman total, komputer kondisinya terbakar dan rusak total. Pemadaman terlah membuat penurunan omzet hingga 50%-60% per harinya," kata dia.
Warnet miliknya itu dalam sehari biasanya memperoleh pendapatan kotor minimal Rp250.000. Semenjak pemadaman listrik makin menjadi-jadi, omzet warnetnya anjlok hingga hanya mendapatkan Rp100.000-Rp125.000 per hari.
"Saya tidak punya jenset, kalau terjadi pemadaman, warnet tentu tutup. Entah bagaimana PLN ini, bayar listrik harus tepat waktu, tarif listrik sudah naik, tapi pelayanannya amburadul begini," tegasnya.