Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia diprediksi kian mempengaruhi arus perdagangan dan harga bahan bakar minyak global pada 2018.
Hal ini disebakan defisit BBM di Indonesia. Malah, Indonesia diperkirakan mengimpor BBM lebih besar dari Amerika Serikat dan Meksiko yang menorehkan catatan impor terbesar pada dekade lalu.
Hal itu terungkap dari laporan Wood Mackenzie bertajuk Indonesia Emerges as the World's Biggest Importer of Gasoline.
Pertumbuhan defisit bahan bakar Asia Pasifik yang didorong Indonesia bisa menawarkan peluang perdagangan baru untuk kilang minyak ekspor Eropa dan AS. Sejak 2012 hingga 2018 defisit BBM Indonesia tumbuh dari 340 kb/d menjadi sekira 420 kb/d, bergerak ke surplus pada tahun-tahun mendatang.
Head of Downstream Research Wood Mackenzie Asia Pacific Sushant Gupta memaparkan karena Asia Pasifik bergerak dari surplus BBM ke defisit, kondisi itu akan mendorong impor dari negara-negara lain. Indonesia akan membentuk sebagian besar defisit Asia Pasifik dan berperan sebagai pemain kunci perdagangan dan harga BBM global.
"Indonesia telah menjadi pasar defisit terbesar di dunia, tetapi dia belum mempengaruhi arus perdagangan atau harga antarnegara karena Indonesia masih memiliki defisit lebih kecil dibandingkan dengan pasar AS dan Meksiko. Ini jadi kejutan di industri, tapi kondisi ini akan berubah selama 5 tahun mendatang," kata Gupta dalam siaran pers yang diterima Bisnis, Kamis (19/9/2013).
Hampir seluruh defisit BBM Indonesia saat ini dipenuhi di Asia Pasifik, dengan mayoritas dipasok dari Singapura. Asia Pasifik akan berubah dari surplus 2012 sebesar 55 kb/d ke defisit pada 2018 sebesar 118 kb/d, terutama didorong oleh Indonesia. Ekspor BBM Timur Tengah ke Asia Pasifik diharapkan meningkat tetapi jumlahnya akan terbatas.
Peluang ekspor dari Atlantik ke Afrika Barat bisa berkurang jika rencana kilang minyak baru di Nigeria, importir BBM besar, akan membuahkan hasil. Kondisi ini meningkatkan daya tarik Asia sebagai tujuan BBM dari cekungan Atlantik.