Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Penarikan Produk Fonterra Meluas ke Sri Lanka

Bisnis.com, JAKARTA - Setelah penarikan di China dan Rusia, Fonterra Co-operative Ltd, perusahaan susu yang berbasis di New Zealand, menarik susu bubuk keluarannya di bawah perintah pemerintah Sri Lanka untuk menelusuri jejak racun kimia dicyandiamide
Gloria Natalia Dolorosa
Gloria Natalia Dolorosa - Bisnis.com 11 Agustus 2013  |  20:45 WIB
Penarikan Produk Fonterra Meluas ke Sri Lanka

Bisnis.com, JAKARTA - Setelah penarikan di China dan Rusia, Fonterra Co-operative Ltd, perusahaan susu yang berbasis di New Zealand, menarik susu bubuk keluarannya di bawah perintah pemerintah Sri Lanka untuk menelusuri jejak racun kimia dicyandiamide (DCD).

Meski begitu, perusahaan membantah akurasi pengujian di Sri Lanka. Perusahaan menyatakan 2 batch susu bubuk telah dipindahkan dari toko-toko pada bulan lalu setelah menteri kesehatan Sri Lanka menyatakan susu bubuk positif DCD. DCD merupakan penghambat nitrat yang terdapat pada pupuk. Sri Lanka juga menerapkan larangan iklan dengan mencantumkan simbol jangkar di merek Fonterra.

Theo Spierings, Chief Executive Fonterra, mengatakan walau tengah bertarung melawan larangan di Sri Lanka, produk Fonterr bersih dan aman.

"Kami pasti berjuang karena kami memiliki sertifikat yang jelas, bebas DCD, distempel ketika diekspor. Seluruhnya jelas," ujar Spierings seperti dikutip Reuters dari Television New Zealand, Minggu (11/8/2013).

Menurutnya, pengujian Fonterra sendiri dan badan-badan independen menunjukkan susu bubuk Fonterra aman. Produk Fonterra ditarik di pasar Sri Lanka dan beberapa pelanggan formula bayi, minuman olahraga, dan pakan ternak di sembilan negara. Sebab, dikhawatirkan produk tersebut terkontaminasi bahan dadih dengan bakteri yang dapat menyebabkan botulisme.

Spierings mengatakan aksi Sri Lanka bisa dihubungkan dengan harga produk susu di sana. Sri lanka merupakan importir terbesar kelima susu bubuk Fonterra.

"Selalu ada ketegangan di pasar karena harga dikendalikan oleh pemerintah dan harga susu berada di tingkat tinggi. Mereka ingin mendukung pertanian segar, jadi selalu ada ketegangan di sana," ucapnya.

John Key, perdana menteri Selandia Baru, juga meragukan keakuratan tes di Sri Lanka.  "Sejumlah angka yang mereka bicarakan berasal dari grafik dan tidak sesuai dengan apa yang pernah kita lihat," kata Key.

Pada Februari, kehadiran DCD berskala rendah dalam beberapa produk Fonterra terungkap, 4 bulan setelah zat kimia itu terdeteksi. Alhasil, kekhawatiran meluas di China dan Taiwan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

fonterra susu bubuk

Sumber : Reuters

Editor : Fatkhul Maskur

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top