BISNIS.COM, JAKARTA--Peningkatan kapasitas sumber daya manusia di sektor konservasi kelautan dinilai sebagai kunci peningkatan produktivitas dan profitabilitas kegiatan ekonomi di sektor minabahari perikanan dan wisata konservasi laut.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo mengatakan kawasan konservasi laut merupakan lokasi potensial untuk mengembangkan kegiatan ekonomi. Pasalnya, areal konservasi diproyeksi terus meningkat dri 15 juta ha pada 2013 menjadi 20 juta ha pada 2020.
"Pengembangan kawasan konservasi ini membutuhkan tenaga kerja yang spesifik dan profesional. Untuk itu kami terbitkan Standar Kompetensi Kerja Khusus (SK3) Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan," tuturnya di kantor KKP, Rabu (3/7/2013).
Cicip memaparkan, SK3 yang baru diluncurkan merupakan standar kerja pertama di dunia. SK3 ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi SDM di sektor kelautan dan perikanan, khususnya terkait pengelolaan kawasan konservasi.
"Ini penting untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional melalui industrialisasi berbasis ekonomi biru," kata Cicip.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan Suseno Sukoyono menambahkan program SK3 dapat bermanfaat bagi pihak swasta yang hendak membangun usaha minabahari dan pariwisata di kawasan konservasi.
"Pemberdayaan sumber daya alam kelautan itu kuncinya SDM. Kita targetkan sampai 2014 ada 2.545 orang ahli konservasi kelautan yang ikut pelatihan. Ini bisa disewa swata yang mau berinvestasi," ujarnya.
Program SK3 perencanaan pengelolaan kawasan konservasi perairan ini turut didukung oleh pemerintah Amerika Serikat melalui USAID.
Director Office of Environment USAID John Hansen menuturkan dukungan yang diberikan AS berupa pelatihan bagi masyarakat dari hulu sampai ke hilir sektor perikanan. Saat ini, program USAID yang tengah berjalan yakni Indonesia Marine and CLimate Support (IMACS) yang merupakan turunan dari program Marine Protected Areas Governance (MPAG).
Salah satu fokus dari program tersebut, lanjut Hansen, adalah meningkatkan profesionalisme dan profitabilitas dari sektor perikanan.
"Artinya, mulai dari penangkapan, budidaya, pakan, proses pengolahan, pengemasan, sampai dengan konsumsi di pasar lokal dan global harus ditingkatkan kualitasnya. Jadi kita berkerja secara langsung dengan sektor swasta yang terjun langsung sebagai operator," ujarnya.
Sebagai negara pengimpor produk perikanan, termasuk dari Indonesia, Hansen menekankan pentingnya kualitas yang terjaga dari produk-produk perikanan yang masuk ke negara tersebut.
"Kualitas menjadi hal yang penting. Dengan SDM yang mendapatkan trainning, terbentuk profesionalisme untuk menciptakan kualitas produk yang baik," imbuhnya.