Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

54% Aussie Anggap RI Tetangga yang Baik

BISNIS.COM, JAKARTA-Sekitar 54% warga Australia beranggapan bahwa Indonesia telah bertindak sebagai tetangga yang baik bagi negeri mereka. Hal itu kontras dengan persepsi bahwa 84% warga di negeri jiran tersebut telah bertindak sebagai tetangga yang

BISNIS.COM, JAKARTA-Sekitar 54% warga Australia beranggapan bahwa Indonesia telah bertindak sebagai tetangga yang baik bagi negeri mereka. Hal itu kontras dengan persepsi bahwa 84% warga di negeri jiran tersebut telah bertindak sebagai tetangga yang baik bagi Indonesia.

Persepsi tersebut mengemuka berdasarkan hasil jajak pendapat terbaru Lowy Institute yang dirilis kemarin. Lembaga polling yang berbasis di Sydney itu melakukan jajak pendapat secara rutin mengenai hubungan Australia dengan Indonesia sejak 2006.

"Berdasarkan termometer hubungan internasional Australia, Indonesia masih berada pada skala hangat, yakni di posisi 53 derajat," ujar David McRae, Research Fellow pada Lowy Institute, di kantornya pekan lalu.

Indonesia berada pada skala yang sama dengan Israel, sedangkan China berada pada 54o dan India 55o. Hubungan terhangat Australia tentu saja dengan Inggris, yang mencapai 77o pada skala termometer tersebut. Sedangkan hubungan paling dingin Australia adalah dengan Korea Utara yang berada pada skala 31o.

Dalam jajak pendapat yang khusus dilakukan oleh lembaga itu terhadap sejumlah penduduk di Indonesia pada 2012, tampak bahwa hubungan dengan Australia memiliki skala kehangatan lebih tinggi yakni 62o pada termometer hubungan internasional Indonesia. Jepang menduduki posisi paling hangat (66o) dan Israel paling dingin (30o).

Temuan lain dari riset Lowy Intitute menunjukkan salah satu penyebab masih banyaknya sikap curiga di antara warga Australia terhadap Indonesia adalah masalah penyelundupan manusia perahu, karena hanya 30% warga Negeri Kanguru itu yang beranggapan bahwa Indonesia membantu Australia ikut menangkal manusia perahu tersebut.

Bahkan, hingga jajak pendapat terbaru digelar, 54% warga negeri jiran tersebut masih dibayangi 'ketakutan' bahwa Indonesia berpotensi menjadi ancaman militer yang perlu diperhitungkan. Persentase yang sama (54%) juga mengemuka bahwa Indonesia merupakan sumber bahaya terorisme Islam.

Pengetahuan warga Australia yang minim tentang Indonesia ini juga berpengaruh pada pemahaman mengenai Indonesia. Lebih dari satu dekade setelah reformasi digulirkan, hanya 33% warga Australia yang setuju bahwa Indonesia kini adalah sebuah negeri demokratis, artinya masih terdapat 66% warga negeri itu yang beranggapan bahwa Indonesia bukanlah negeri demokratis.

Sementara itu, dalam hubungan ekonomi kedua negara, hanya 65% warga Australia menganggap Indonesia penting bagi perekonomian mereka. Selain itu, 61% Aussie beranggapan bahwa negara mereka telah mengelola hubungan dengan Indonesia secara baik.

Dalam menanggapi persoalan separatisme di Papua Barat, hanya 31% warga Australia yang memiliki persepsi bahwa masyarakat Indonesia pantas untuk merasa khawatir Negeri Kanguru itu mencoba memisahkan wilayah paling timur tersebut dari NKRI.

Persoalan Besar
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Australia Bob Carr mengungkapkan bahwa hubungan kedua negara memang memiliki sejumlah persoalan besar, terutama karena adanya persepsi di masyarakat kedua negara yang sebenarnya tidak relevan lagi.

"Indonesia dan Australia kini memiliki lebih banyak kesamaan ketimbang perbedaan. Kami sangat menghormati kedaulatan Indonesia di Papua bagian barat karena hal ini menyangkut kepentingan jangka panjang kedua negara," ujarnya di Canberra pekan lalu.

Pemerintah Australia, menurut dia, mendukung progra, otonomi khusus yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia terhadap Papua dan kedua pemerintahan terus berupaya untuk meminimalkan berbagai perselisihan yang mungkin terjadi di berbagai bidang.

Bob Carr menambahkan kedua negara kin menjalin apa yang disebut sebagai comprehensive strategic partnership yang justru dapat makin mendekatkan hubungan kedua negara. Karena itu, lanjutnya, Australia berkomitmen untuk meningkatkan hubungan kedua negara lebih lanjut di berbagai bidang, termasuk di antaranya perdagangan, pendidikan, dan sebagainya. ([email protected])


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ahmad Djauhar
Editor : Lahyanto Nadie
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper