BISNIS.COM, JAKARTA—Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki ‘Ahok’ Tjahaja Purnama memiliki watak keras dan sering marah dengan siapapun yang terbukti mendzolimi rakyat. Bahkan kepada pengusaha yang menyelenggarakan usahanya di Jakarta, dia tidak segan untuk ‘ngamuk’ dengan nada keras nan lantang di hadapan orang banyak sekalipun.
Gubernur Joko Widodo pun mengakui pembawaan Wagub yang diketahui publik ‘mengerikan’ kalau sudah marah itu. Hal itu dikatakan Jokowi dalam beberapa kali blusukan kepada masyarakat. “Kalau yang marah-marah pak Wagub saja,” kata Jokowi sambil tersenyum.
Apa penyebab pembawaan Ahok yang keras? Dalam sambutan di kantor instalasi air Aetra, Ahok mengungkapkan dibalik kemarahannya ternyata menyimpan dendam kepada konglomerat yang mendzolimi rakyat. Ketika menjadi anggota Komisi II DPR RI tidak bisa marah-marah kepada konglomerat seperti sekarang.
“Saya dendam jadi Wagub DKI supaya bisa memarah - marahi [konglomerat],” katanya hari ini, Jumat (14/6/2013).
Salah satu hal pemicu kemarahannya adalah adanya perusahaan air minum di Jakarta saat masih menjabat sebagai anggota DPR RI. Ahok punya pengalaman saat itu masyarakat tidak punya air bersih, perusahaan air datang membawa tangki. Warga jejer antre menunggu kedatangan mobil tangki berharap dapat bagian. Ternyata pembagian air itu menyelinap oknum yang bermasin sehingga pembagian air ujung-ujungnya tidak merata.
Pengusaha seperti inilah yang bikin Ahok marah karena merasa dibutuhkan masyarakat kemudian memberi pelayanan seenaknya. Sebagai pengusaha yang peduli dengan kebutuhan masyarakat sehendaknya membagi satu persatu kepada masyarakat secara adil, bukan membiarkan masyarakat rebutan.
Berawal dari hal tersebut, Ahok ketika itu tidak punya hak untuk memarah-marahi perusahaan air minum yang tidak disebutkan merknya itu. Setelah menjadi Wagub, Ahok mengaku lebih punya kekuasaan untuk memilah mana perusahaan dzolim dan tidak. Apabila terbukti dzolim sudah pasti menjadi sasaran kemarahannya kalau perlu diusir dari Jakarta. Dan kalau memang perusahaan baik tidak semata-mata mencari keuntungan pasti didukung.
Dis juga mengingatkan kepada orang kaya atau konglomerat jangan menantang pejabat. “Orang kaya jangan nantang pejabat bisa bangkrut,” pungkasnya.