BISNIS.COM, BEIJING-Media arus utama (mainstream) di Indonesia dan China dinillai perlu bekerja sama untuk saling melengkapi kebutuhan pemberitaan, guna menjaga kesinambungan informasi yang memiliki kredibilitas tinggi dan dapat dipertanggungjawabkan.
Menurut Imron Cotan, Duta Besar RI untuk China dan Mongolia, persoalan yang kini dihadapi oleh kedua bangsa - Indonesia dan China - relatif sama, yakni maraknya pemberitaan yang dihasilkan oleh media bukan arus utama, seiring dengan berkembangnya penggunaan media sosial berbasis Internet.
"Media mainstream harus tetap dapat menjadi rujukan bagi masyarakat, karena media tersebut memiliki tradisi untuk membuat produk berita yang kredibel dan terpercaya, tidak seperti berita dari portal berita yang hingga kini masih saya anggap sebagai news alert [penghasil informasi seketika], belum berita yang dapat benar-benar yang dapat dipercaya," ujar Imron.
Dia menyampaikan hal itu pada pembukaan Dialog Media China-Indonesia bertema Peran Media dalam Meningkatkan Hubungan Rakyat Indonesia-China: Tantangan dan Peluang yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar RI di Beijing dan Kantor Berita Antara. Pertemuan dua hari diikuti oleh sejumlah wakil media dari kedua negara.
Imron menambahkan bahwa meskipun China masih dianggap sebagai negara dengan sistem politik tertutup, dan media massa resmi dikuasai pemerintah, terdapat sedikitnya 30 juta blogger di seluruh China.
Menurutnya, peran media sangat strategis dalam mengawal kepentingan pertumbuhan ekonomi kedua negara, mengingat hubungan Indonesia-China akan makin besar di masa mendatang dan hal itu harus difasilitasi melalui pertukaran informasi, sehingga pengusaha kedua negara memperoleh informasi terbaik mengenai peluang dan tantangan berbisnis di kedua negara.
"Kami mengakui ada trust defisit di antara para pelaku bisnis kedua negara, karena terbatasnya informasi yang dapat diakses oleh pelaku usaha di masing-masing negara. Untuk menjaga dan meningkatkan trust bagi kedua pelaku usaha tersebut, ketersediaan informasi di antara keduanya haruslah lengkap. Kehadiran perwakilan media dari Indonesia di Beijing, terutama koran Bisnis Indonesia, saya kira merupakan hal yang sangat diperlukan untuk mengatasi trust defisit bagi pengusaha kedua negara tadi," tutur Imron.
Menurut Sabam Siagian, wartawan senior yang juga mantan Duta Besar RI untuk Australia, urgensi media kedua negara untuk bekerjasama menjaga dan meningkatkan kepedulian pada masalah perekonomian kedua negara yang kini makin diperhitungkan dunia.
Karena selain memiliki jumlah penduduk terbesar pertama dan keempat dunia, lanjutnya, Indonesia dan China juga anggota G20, sehingga memiliki pengaruh geopolitik yang tidak kecil.
"Karena itu, media kedua negara harus bersuara lebih vokal lagi untuk ikut mewarnai arus pemberitaan dunia".
Direktur Pemberitaan China Central Television Bao Junhao mengungkapkan, meskipun CCTV saat ini merupakan saluran global internasional satu-satunya di dunia yang menggunakan bahasa China, peran TV milik pemerintah China itu masih terlalu kecil, hanya 10% dibandingkan peran media sejenis dari Barat.
Dia mengakui bahwa informasi dari media internasional tentang China dan Asia cenderung negatif, sehingga ajakan kerja sama antara media di China dan Indonesia merupakan peluang untuk memperkecil gap di media penyiaran internasional.